Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, tren positif pasar modal ini didukung oleh berbagai faktor.
Pertama, adanya kenaikan jumlah investor ritel yang didominasi oleh generasi milenial, bahkan generasi Z.
Ia menuturkan, investor ritel kini terbantu dengan banyaknya platform digital yang menawarkan kemudahan berinvestasi.
"Bahkan dengan memulai nominal yang paling kecil, sehingga relatif lebih terjangkau untuk investasi," kata Bhima kepada Kompas.com, Rabu (30/11/2022).
Kedua, kondisi perekonomian Indonesia yang relatif baik, meski terjadi banyak tekanan.
Dibandingkan negara anggota G20, Bhima melihat ekonomi Indonesia lebih stabil, baik dari sisi inflasi maupun stabilitas nilai tukar.
"Itu yang membuat optimisme dan berakibat pada sebagian dari emiten itu menghasilkan dividen yang cukup postif, bahkan di situasi pandemi," jelas dia.
Baca juga: Daftar Negara Investor Asing Terbesar di Indonesia
Ketiga, kemunculan tren initial public offering (IPO) startup digital, sehingga meramaikan sektor pasar modal.
Menurutnya, kehadiran banyak perusahaan baru yang melantai di bursa ini dapat meningkatkan volume transaksi harian saham dan menarik dana asing lebih banyak masuk ke pasar modal.
Hal ini dikarenakan sektor teknologi informasi cukup diminati masyarakat.
Keempat, perbaikan penegakan hukum terhadap investasi yang bermasalah, sehingga menambah kesadaran masyarakat untuk bergeser ke investasi legal.
Terakhir, adanya faktor pengaruh influencer di media sosial.
Berdasarkan hasil riset Celios, Bhima menuturkan bahwa sebagian besar investor ritel mendapat informasi dari influencer di media sosial sebagai pertimbangan pengambilan keputusan untuk berinvestasi.
"Jadi, efek sosial media juga signifikan mendorong masyarakat tetap optimis untuk berinvestasi," ujarnya.
Baca juga: Literasi Pasar Modal Menyusut, BEI Genjot Edukasi
Di tengah ancaman resesi global, Bhima menilai perlunya menjaga fundamental ekonomi, inflasi terkendali, dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.