Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Saling Menyalahkan Bukan Solusi Masalah

Kompas.com - 21/11/2022, 05:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEMENTARA pagebluk Corona masih belum berakhir akibat berbagai jenis varian virus Corona masih merajalela di Indonesia, mendadak timbul masalah kesehatan baru dalam bentuk begitu banyak anak menderita gagal ginjal akibat diduga minum sirup batuk yang mengandung zat penyebab gagal ginjal pada anak-anak.

Tatkala menghadapi masalah kesehatan kumulatif berlapis dan bertumpuk adalah wajar apabila masyarakat panik. Dalam suasana kepanikan, berbagai pihak bukan mencari apa, tetapi siapa yang salah.

Alhasil muncul kemelut saling menyalahkan. Masyarakat menyalahkan pemerintah membiarkan obat berbahaya beredar bebas di Indonesia.

Sementara pemerintah tidak mau begitu saja disalahkan maka sibuk mencari siapa yang bersalah sehingga terjadi saling menyalahkan secara internal antarpara lembaga pemerintah sendiri.

Lembaga A menyalahkan lembaga B yang menyalahkan lembaga C yang menyalahkan lembaga A dan seterusnya dan selanjutnya di mana semua sama-sama terjebak di dalam perangkap lingkar saling menyalahkan.

Bahkan ketika setelah dilarang ternyata sirup berbahaya masih beredar maka ada yang menuduh ada lembaga yang memberi ijin impor sirup obat batuk mengandung zat berbahaya.

Berdasar hasil penelitian Pusat Studi Kelirumologi sudah dapat disadari bahkan diyakini bahwa saling menyalahkan sama sekali bukan merupakan solusi masalah.

Ibarat dalam menghadapi bencana kebakaran mustahil api dipadamkan dengan saling menyalahkan, sementara api dibiarkan berkobar akibat semua sedang sibuk saling menyalahkan.

Tanpa berani melibatkan diri ke dalam kemelut saling menyalahkan antardepartemen di dalam kabinet kepresidenan, saya merasa ada ketidak-jelasan tentang sebenarnya lembaga mana yang bertanggung jawab atas keamanan obat dan makanan yang beredar di Indonesia.

Berdasar pengalaman ekspor, saya mustahil bisa mengekspor produk obat dan makanan produksi Indonesia ke negara yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat tanpa ijin resmi dari lembaga yang bertanggung-jawab atas pengawasan obat dan makanan negara bersangkutan.

Pintu masuk obat dan makanan dari luar negeri terbatas hanya satu dan satu-satunya, yaitu lembaga yang bertanggung jawab atas obat dan makanan setempat.

Mustahil saya bisa memasukkan obat dan makanan melalui pintu lain kecuali melalui pintu ilegal, yaitu penyelundupan lewat darat, laut, atau udara.

Maka besar harapan saya demi kesehatan anak-anak maupun dewasa ataupun lansia morbid seperti saya ini, yang terhormat Bapak Presiden berkenan segera turun tangan demi tegas menegaskan ketetapan lembaga mana yang berwenang maka bertanggung-jawab atas seluruh produk obat yang beredar di persada Indonesia.

Sehingga apabila terjadi masalah kesehatan tidak ada lagi perilaku saling menyalahkan, namun pihak yang berwenang dan bertanggung-jawab wajib segera langsung turun tangan untuk tuntas menanggulangi masalah yang timbul di Tanah Air Udara tercinta ini. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com