Sekitar pukul 03.00 dini hari, Arie yang sudah tidak sanggup menahan sakit terjatuh dan pingsan.
Machtino pun langsung bergegas membawa Arie ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Sayangnya, selama di perjalanan menuju ke rumah sakit, ternyata Arie sudah tidak bernyawa.
Sesampainya di rumah sakit, Machtino mengatakan bahwa putranya ini mengalami kecelakaan lalu lintas.
Namun, setelah melihat luka memar yang ada pada tubuh Arie, pihak rumah sakit curiga bahwa Arie tewas bukan karena kecelakaan, melainkan akibat siksaan fisik.
Pihak rumah sakit pun segera menghubungi kepolisian.
Keesokan harinya, tanggal 9 November 1984, ketika hendak mengambil jenazah Arie di kamar mayat, Machtino ditangkap.
Sewaktu diperiksa, Machtino baru mengakui bahwa Arie tewas karena penganiayaan yang telah ia lakukan selama berhari-hari.
Masih di hari yang sama, jenazah Arie disemayamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Di samping kanan-kiri nisan Arie ada sebuah tulisan “Maafkan Papa” dan “Maafkan Mama.” Disebutkan bahwa tulisan itu dibuat sendiri oleh Machtino dan Santi setelah keduanya bebas.
Machtino langsung menjalani proses persidangan dan dinyatakan bersalah.
Ia dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, sedangkan Santi yang juga dinyatakan bersalah divonis hukuman selama tiga tahun penjara.
Referensi:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siapakah Arie Hanggara? ".
(Sumber: Verelladevanka Adryamarthanino | Editor : Nibras Nada Nailufar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.