Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Ketegangan Rusia-AS-China dan Bagaimana Dahsyatnya Perang Nuklir

Kompas.com - 02/11/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELAKANGAN ini perkembangan perang Rusia dengan Ukraina telah memunculkan kembali ancaman penggunaan senjata nuklir oleh Rusia. Tentu saja berita mengenai ancaman Rusia yang akan menggunakan senjata nuklir segera mengundang reaksi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya NATO.

Penggunaan senjata nuklir yang pertama kali dan semoga yang terakir kali adalah digunakan AS tahun 1945. Ketika itu divisi udara Angkatan Darat AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Perang Dunia Kedua berakhir setelah AS menjatuhkan bom atom pertama kalinya dalam sejarah umat manusia. Bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki serta merta membuat Jepang bertekuk lutut dan Perang Dunia Kedua pun berakhir.

Baca juga: Menyerahnya Kaisar Hirohito Setelah Hiroshima dan Nagasaki Dibom Atom...

Bom Atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan tanggal 9 Agustus 1945. Pengeboman yang menggunakan pesawat B-29 Superfortress tersebut memakan korban lebih dari 200 ribu orang.

Sejak itu senjata nuklir sering disebut sebagai WMD atau Weapon of Mass Destruction atau senjata pemusnah masal.

Tanggal 6 Agustus pesawat B-29 yang diterbangkan Kolonel Paul W Tibbets berangkat dari Tinian di kepulauan Mariana, kawasan Samudera Pasifik, menjatuhkan bom di Hiroshima. Colonel Paul W Tibbets menjadi terkenal laksana selebritas setelah Perang Dunia Kedua usai.

Pesawatnya pun menjadi terkenal karena dinamakan sendiri oleh Tibbets menggunakan nama ibunya “Enola Gay”.

Kisah-kisah tentang Paul Tibbets menjadi semarak karena memang banyak hal yang menarik pada dirinya dan tentu saja pada misinya yang berhasil menghentikan Perang Dunia Kedua. Sebuah misi tentang dahsyatnya senjata nuklir yang serta merta menghentkan perang dunia kedua.

Rudal nuklir

Sekarang telah hampir satu abad berlalu, kemajuan teknologi persenjataan sudah jauh mengalami modernisasi dan tentu saja membuat senjata pemusnah masal menjadi lebih mengerikan.

Untuk menjatuhkan bom di lokasi musuh sekarang tidak lagi memerlukan pesawat terbang untuk membawanya. Teknologi mutakhir senjata nuklir saat ini antara lain sudah berbentuk peluru kendali (rudal) dengan hulu ledak nuklir.

Rudal dengan hulu ledak nuklir bahkan sudah mampu diluncurkan antar benua yang dikenal sebagai ICBM (Inter Continental Ballistic Missile).

Hanya beberapa negara saja yang memiliki arsenal senjata nuklir, di antaranya, AS, Rusia, China, Korea Utara, Iran, India, dan Pakistan. Konon negara yang paling banyak memiliki senjata nuklir di saentro dunia adalah Rusia.

Baca juga: Putin: Tak Masuk Akal Bagi Kami Pakai Senjata Nuklir di Ukraina

Bayangkan saja negara pemilik senjata nuklir terbanyak kini tengah terlibat perang dengan Ukraina, betapa mengerikan.

Lebih mengerikan lagi, karena meluncurkan ICBM rudal nuklir antar benua hanya memerlukan waktu dalam hitungan menit saja. Dari buku Fear – Trump in the White House yang ditulis Bob Woodward disebutkan bahwa ICBM Korea Utara dapat mencapai Los Angeles hanya dalam waktu 38 menit saja.

Sistem Pertahanan Udara AS baru dapat mendeteksi ICBM itu setelah 15 menit diluncurkan. Sementara sistem pertahanan udara Korea Selatan sudah dapat mendeteksi 7 detik setelah diluncurkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com