Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Beberkan Dugaan Terbesar Penyebab Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak

Kompas.com - 21/10/2022, 19:49 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan dugaan terbesar penyebab kasus gagal ginjal akut yang terjadi di Indonesia saat ini.

Menurutnya, dugaan terbesar penyebab kasus gagal ginjal yang mayoritas menyerang anak di bawah usia 5 tahun itu adalah karena adanya senyawa kimia yang mencemari obat-obatan sirup.

"Apakah memang sudah pasti (disebabkan oleh senyawa kimia di obat sirup)? Jauh sudah lebih pasti dibanding sebelumnya karena memang terbukti di anak ada," jelas Budi dalam konferensi pers, Jumat (21/10/2022).

"Jadi darah anak-anak terbukti mengandung senyawa ini. Kita sudah ambil biopsi rusaknya ginjal konsisten dengan akibat senyawa ini," lanjut dia.

Sebelumnya, Budi mengatakan bahwa berdasarkan pengecekan Kementerian Kesehatan, senyawa kimia yang dimaksud adalah etilen glikol, dietilen glikol, dan etilen glikol butyl ether/EGBE.

Baca juga: Ditemukan 5 Obat Sirup Mengandung EG, Mengapa Penyebab Gagal Ginjal Akut Masih Belum Diketahui?


Senyawa ada di pasien dan di obat

Kemenkes sudah melakukan pengecekan pada pasien penderita gagal ginjal akut. Hasilnya, senyawa kimia tersebut ditemukan di dalam tubuh beberapa pasien gagal ginjal akut ini.

"Ternyata dari anak-anak yang kita tes di RSCM, dari 11 (anak), 7 anak positif memiliki zat kimia berbahaya yaitu etilen glikol, dietilen glikol, dan etilen glikol butyl ether/EGBE," jelasnya.

"Jadi konfirm karena itu lebih dari 50 persen bahwa ini disebabkan oleh senyawa kimia," sambung dia.

Budi mengatakan, ketiga senyawa kimia ini mampu membuat ginjal rusak. Sebab, ketiga senyawa tersebut memicu adanya asam oksalat dalam tubuh dan selanjutnya menjadi kristal-kristal di dalam ginjal.

"Asam oksalat itu kalau masuk ke ginjal bisa menjadi kalsium oksalat. Kalsium oksalat itu jadi kayak kristal kecil tajam-tajam sehingga rusak ginjalnya," tandas Budi.

Baca juga: Jenis Obat Sirup yang Disetop oleh Kemenkes

"Nah, 7 dari 11 balita (di RSCM) ternyata ada senyawa kimia ini," ungkapnya dia.

Selanjutnya, pihak RSCM melalukan biopsi kepada para pasien tersebut.

"Dibiopsi sama temen-temen di RSCM, bener enggak? Konfirm, ternyata ginjal-ginjalnya rusak karena adanya kalsium oksalat yang merusak ginjalnya," jelas Budi.

Adapun senyawa etilen glikol atau dietilen glikol merupakan cemaran dari pelarut tambahan yang digunakan di obat-obat sirup.

Selain ditemukan dalam tubuh pasien, senyawa kimia ini juga ditemukan dalam beberapa obat sirup yang dikonsumsi oleh para pasien. Setidaknya, terdapat 102 obat sirup yang terkontaminasi senyawa kimia ini dan dikonsumsi oleh pasien gagal ginjal akut.

"Obat-obat ini akan kita larang untuk diresepkan dan dijual," tuturnya.

Sebelumnya, Kemenkes telah melakukan uji secara kualitatif untuk memastikan ada atau tidaknya senyawa tersebut.

Baca juga: Waspada Gejala yang Mengarah pada Gagal Ginjal Akut, Apa Saja?

241 kasus gagal ginjal di Indonesia

Budi menyebutkan kasus gagal ginjal di Indonesia sudah mencapai 241 kasus yang tersebar di 22 provinsi dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus per 21 Oktober 2022.

"Sampai sekarang, kita sudah mengidentifikan telah dilaporkan adanya 241 kasus gangguan gagal ginjal akut di 22 provinsi," ujarnya.

Lonjakan kasus ini dilaporkan terjadi sejak Agustus 2022 lalu. Mayoritas, penderitanya adalah mereka yang berusia di bawah 5 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com