Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Hewan Disebut Bisa Prediksi Bencana Alam, Apa Saja?

Kompas.com - 21/10/2022, 08:35 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sistem peringatan dini buatan manusia terkadang gagal memberitahukan datangnya bencana alam seperti gempa dan tsunami.

Kegagalan tersebut dipicu beberapa faktor, termasuk minimnya sensor yang tersedia dan kurangnya pemeliharaan alat.

Seperti tsunami Samudera Hindia pada 2004 yang menghancurkan wilayah pesisir Aceh, Sri Lanka, India, Maladewa, Thailand, hingga Afrika Timur.

Jumlah korban tewas yang banyak, salah satunya lantaran banyak masyarakat yang tidak menerima peringatan dini tsunami.

Namun tidak begitu dengan binatang, yang disebutkan oleh peneliti, sudah mengetahui melalui insting mereka bahwa akan ada datangnya terjangan gelombang air tinggi, sehingga mereka sudah menyelamatkan diri sebelum bencana terjadi.

Baca juga: Seorang Wanita Bisa Mengendus Parkinson, Apakah Penyakit Bisa Mengeluarkan Bau?

Lantas, bisakah hewan menjadi sistem peringatan dini datangnya bencana alam bagi manusia?


Dikutip dari National Geographic (4/1/2005), saksi mata melihat hewan liar dan domestik berbondong-bondong menyelamatkan diri.

Menurut mereka, saat itu gajah berlari ke tempat yang lebih tinggi, dan flamingo meninggalkan sarangnya yang ada di dataran rendah.

Hewan domestik seperti anjing juga menunjukkan perilaku aneh, yakni menolak untuk keluar rumah.

Sementara di pesisir Thailand, penduduk melihat sekawanan kerbau di tepi pantai tiba-tiba menusuk telinga, menatap laut, dan berbalik menuju puncak bukit terdekat.

Penduduk desa yang bingung pun mengikuti mereka. Dan benar saja, selang beberapa menit, tsunami menerjang kawasan itu.

Baca juga: Oarfish Muncul di Cile, Benarkah Tanda Akan Ada Gempa dan Tsunami?

Perilaku hewan ternak sebelum bencana

Salah satu studi yang meneliti bagaimana hewan bisa memprediksi bencana alam, dilakukan oleh Martin Wikelski dan kawan-kawan dari Max Planck Institute of Animal Behavior, Jerman.

Dilansir dari BBC (11/2/2022), studi ini melibatkan pencatatan pola pergerakan hewan yang berbeda, di sebuah peternakan di Marche, Italia tengah.

Mereka memasang chip pada sapi, domba, dan anjing yang berada di wilayah rawan gempa itu.

Chip akan mengirim data pergerakan ke komputer pusat selama beberapa menit, antara Oktober 2016 dan April 2017.

Selama kurun waktu itu, statistik resmi mencatat ada lebih dari 18.000 gempa di Marche, mulai gempa kecil berkekuatan 0,4 sampai gempa 6,6 skala richter.

Baca juga: Begini Cara Binatang Mengendus Datangnya Bencana Alam

Di sisi lain, para peneliti menemukan bahwa perilaku hewan ternak mulai berubah bahkan sekitar 20 jam sebelum gempa.

Para peneliti memperkirakan, setiap kali hewan bersikap 50 persen lebih aktif selama lebih dari 45 menit berturut-turut, maka akan ada gempa bumi berkekuatan di atas 4,0.

Melalui perkiraan ini, mereka berhasil memprediksi tujuh dari delapan gempa berkekuatan cukup besar.

"Semakin dekat hewan ke episentrum guncangan yang akan datang, semakin awal pula mereka mengubah perilaku," ujar Wikelski.

Studi lain oleh Wikelski, memantau pergerakan kambing di Gunung Etna, Italia.

Dari sana ia menemukan perilaku nyaris serupa, yakni bahwa hewan-hewan ini lebih bisa merasakan kapan gunung akan meletus.

Baca juga: Apa Itu Gempa Megathrust?

Beberapa binatang dikatakan bisa mengendus datangnya tsunami, salah satunya gajah dan kerbau.Shutterstock/Evgen Matveev Beberapa binatang dikatakan bisa mengendus datangnya tsunami, salah satunya gajah dan kerbau.

Ular disebut akan keluar sarang

Hewan yang dekat dengan tanah, seperti ular, juga disebut bisa memprediksi datangnya gempa bumi.

Dilansir dari Kompas.com (16/2/2022), pernyataan tersebut disampaikan oleh para ahli di biro gempa yang berbasis di Nanning, Guangxi, China selatan, dua hari setelah dua gempa terjadi.

Mereka memantau peternakan ular lokal melalui kamera video yang terhubung dengan koneksi internet broadband selama 24 jam per hari.

Direktur biro Jiang Weisong mengatakan, ular bisa merasakan gempa dari jarak 120 km (70 mil), tiga sampai lima hari sebelum bencana itu terjadi.

Ular akan merespons dengan bertingkah aneh, seperti keluar dari sarangnya.

"Jika gempanya besar, ular-ular itu bahkan akan menabrak tembok ketika mencoba melarikan diri," kata Jiang.

Namun demikian, belum ada dasar, kajian ilmiah, atau detail lain untuk mendukung pernyataan tersebut.

Baca juga: Hewan yang Bisa Mengendus Sel Kanker pada Manusia, Apa Saja?

Burung merasakan tornado

Gempa bumi ternyata bukan satu-satunya bahaya yang bisa dirasakan oleh insting hewan. Bencana alam lain seperti tornado juga kemungkinan turut dirasakan hewan.

Studi yang terbit pada 2014, para ilmuwan melacak burung bersayap emas di Amerika Serikat.

Mereka menemukan, burung-burung ini tiba-tiba lepas landas dari sarang di Pegunungan Cumberland, Tennessee dan terbang sejauh 700 km.

Tak lama setelah kepergian burung, lebih dari 80 tornado melanda dan menewaskan 35 orang dengan kerusakan lebih dari 1 miliar dolar AS.

"Para ahli meteorologi dan fisikawan telah mengetahui selama beberapa dekade bahwa badai tornadik membuat infrasonik yang sangat kuat yang dapat menempuh jarak ribuan kilometer dari badai," kata Henry Streby, penulis studi sekaligus ahli biologi satwa liar di University of California.

Menurut dia, infrasonik dari badai bergerak pada frekuensi yang bisa didengar dengan baik oleh burung-burung.

Baca juga: Beberapa Hewan Laut Berukuran Besar Terdampar di Pantai Indonesia, Apa yang Terjadi?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 10 Gempa Terdasyat di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com