Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sunardi Siswodiharjo
Food Engineer dan Praktisi Kebugaran

Food engineer; R&D manager–multinational food corporation (2009 – 2019); Pemerhati masalah nutrisi dan kesehatan.

Mi Instan di Antara Isu Cemaran dan Keamanan Pangan

Kompas.com - 15/10/2022, 11:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KERESAHAN konsumen mi instan meningkat dalam beberapa hari terakhir. Banyak media digital nasional terkemuka memberitakan penarikan produk (product recall) yang dilakukan oleh tiga negara, masing-masing secara berurutan adalah Hong Kong, Singapura, dan Malaysia.

Produk yang ditarik dari peredaran di negara-negara tersebut adalah sejumlah varian mi instan dengan merek Mie Sedaap produksi Indonesia karena cemaran etilen oksida (EtO).

Baca juga: Penjelasan Wings Food soal Mie Sedaap yang Ditarik di Malaysia hingga Singapura

Etilen oksida merupakan sebuah bahan kimia beracun, anti bakteria dan pestisida yang sudah dilarang di beberapa wilayah atau negara. Karena itu, di kawasan ini akan dilakukan penarikan produk jika ditemukan residu etilen oksida di dalam sebuah produk makanan.

Resiko kesehatan akibat paparan jangka panjang residu etilen oksida atau EtO dalam makanan adalah kanker. Temuan residu etilen oksida dalam pangan merupakan isu yang relatif baru yang dimulai pada tahun 2020.

Sangat disayangkan, Codex Alimentarius Commision, sebagai organisasi internasional di bawah WHO/FAO, belum mengatur batas maksimal residu EtO sehingga terjadi perbedaan pengaturan di setiap negara.

Masih segar dalam ingatan, Juli 2022 juga terjadi penarikan produk es krim premium merek Hagen-Dazs di Indonesia yang juga disebabkan oleh tingginya residu EtO di dalam produk yang diimpor dari Prancis tersebut.

Keamanan pangan masih menjadi masalah bagi konsumen sekaligus pekerjaan rumah besar bagi produsen untuk mengatasinya.

Kontaminasi dan spesifikasi

Batas kadar cemaran atau kontaminasi dalam makanan sesungguhnya sudah dicantumkan dalam spesifikasi produk yang dibuat oleh produsen dan mengikuti peraturan keamanan pangan di negara yang menjadi tujuan pemasaran produk tersebut.

Di negara-negara yang lebih maju, umumnya mereka akan mensyaratkan cakupan cemaran yang lebih banyak dengan batas kontaminasi yang lazimnya lebih ketat. Masalah muncul ketika cemaran dari residu EtO dalam mi instan belum diatur secara ketat di Indonesia.

Meskipun BPOM telah menyatakan mi instan merek Mie Sedaap yang beredar di Indonesia adalah produk yang berbeda dengan produk di tiga negara yang menarik produk dengan merek yang sama. Namun, BPOM tetap didorong untuk melakukan mitigasi masalah ini dengan cara segera memperbarui standar keamanan pangan yang sudah ada.

Baca juga: Mie Sedaap Ditarik di Sejumlah Negara, BPOM Didorong Perbarui Standar Keamanan Pangan

Khusus untuk masalah cemaran EtO, hal tersebut sejatinya lebih dari sekedar label yang menempel pada sebuah produk.

Ajakan Badan POM RI kepada masyarakat untuk menjadi konsumen cerdas dalam membeli produk pangan dengan selalu mengingat “Cek KLIK” (Cek Kemasan, Label, izin Edar dan Kedaluwarsa) sebelum membeli atau mengonsumsi produk pangan dirasa belum cukup.

Meskipun tidak mudah, namun diperlukan kerja keras dari pihak BPOM untuk segera menentukan peraturan terkait batas cemaran kimia, terutama EtO dalam produk makanan sebelum diberikan izin edar di Indonesia.

Rasa aman dan perlindungan terhadap kesehatan konsumen adalah prioritas utama yang harus segera dipenuhi. Dari perspektif food engineer, penjelasan pihak produsen dalam hal ini pihak Wings Group Indonesia, terasa sangat normatif.

Melalui Head of Corporate Communications & CSR , mereka menyatakan bahwa Mie Sedaap tidak menggunakan EtO di seluruh lini produksi dan telah memenuhi standar keamanan pangan sehingga aman dikonsumsi.

Baca juga: Manajemen Wings Group Pastikan Produk Mie Sedaap Tidak Mengandung Etilen Oksida

Menurut pengalaman empiris penulis, kejadian seperti itu disebabkan karena EtO memang bukan berasal langsung dari bahan baku, processing aid, atau lini proses produksi, tetapi kemungkinan berasal dari carryover atau cemaran bawaan yang berasal dari proses sebelumnya yang terdapat dalam bahan baku mereka di tingkat pemasok atau supplier.

Kasus seperti ini bisa terjadi pada saat spesifikasi bahan baku kurang ketat atau bisa juga disebabkan oleh pelanggaran yang dilakukan pemasok.

Dalam konteks hubungan dengan konsumen mi instan, tanggung jawab keamanan pangan tentu tetap berada di pihak produsen mi instan dan bukan pemasok bahan baku. Selain itu, sudah semestinya produsen memastikan bahwa produk mereka sesuai dengan spesisikasi produk di negara tujuan ekspor termasuk soal batas cemaran yang diijinkan. Terasa janggal jika pelanggaran batas cemaran hanya ditemukan di negara tujuan.

Batas cemaran seharusnya sudah dimasukkan ke dalam spesifikasi produk, serta dilakukan monitoring ketat di tingkat produsen. Bahkan untuk beberapa lot produk hasil awal produksi untuk ekspor batas cemaran EtO tersebut akan menjadi semacam product release parameter.

Namun apa yang terjadi dan djumpai di lapangan, seringnya jauh lebih rumit dari yang sudah diperkirakan. Masyarakat awam tentu tidak terlalu memahami persoalan hingga sangat terperinci dan mendalam seperti ini.

The dose makes the poison

Ungkapan di atas layak disadari olek konsumen makanan, terutama makanan olahan di Indonesia. Sesuatu menjadi racun atau tidak akan sangat tergantung dengan dosisnya.

Kita masih sering terlena dengan kecilnya angka paparan kontaminan atau cemaran dalam makanan. Sering suatu bahan menjadi berbahaya karena dosis yang melampaui batas, terutama jika kita terpapar dalam jangka waktu yang lama.

Baca juga: Mulai Usia Berapa Anak Boleh Makan Mi Instan?

Sayangnya kita tidak benar-benar menyadari hal tersebut hingga kita menderita sakit. Kanker adalah jenis penyakit yang perlu waktu lama untuk muncul, dan umumnya tanpa gejala yang berarti sehingga sering diabaikan.

Selain itu kanker juga disebabkan oleh faktor resiko yang multi-variabel. Paparan EtO termasuk salah satu faktor resiko kejadian kanker. Sayangnya, paparan tersebut tidak disadari hanya karena konsumen tidak tahu atau tidak peduli.

Kasus ditemukannya EtO dalam mi instan dan es krim seharusnya menjadi semacam lesson learned, pelajaran yang bisa dipetik bahwa banyak paparan cemaran kimia yang tidak kita sadari sepenuhnya dan sedang terjadi selama ini dalam diri kita.

Selalu ada pro dan kontra terhadap penelitian-penelitian yang menguji paparan cemaran kimia terkait resiko kanker. Masih terus diperlukan rise-riset baru untuk menganalisisnya.

Namun itulah sifat alamiah dari sains, di mana akan ditemukan kebaruan (novelty) termasuk kebenaran baru untuk menggantikan kebenaran sebelumnya.

Makanan menjadi salah satu jalur masuk yang paling utama dari paparan kimia tersebut. Sikap tidak abai, berhati-hati dan terus membaca perkembangan terbaru dari lembaga yang kredibel dan memiliki otoritas dalam hal keamanan pangan menjadi modal penting untuk terhindar dari bahaya atau resiko kesehatan yang mungkin terjadi. Namun juga kita tidak perlu panik atau paranoid.

Akumulasi paparan kontaminasi atau cemaran pangan hanya akan menjadi berbahaya jika terjadi secara terus-menerus dalam jangka panjang. Bila hanya sekali-sekali terpapar tentu saja tidak perlu menjadi resah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Timnas Amin Ingin Sri Mulyani dan Tri Rismaharini Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024

Alasan Timnas Amin Ingin Sri Mulyani dan Tri Rismaharini Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024

Tren
Gunung Marapi Erupsi Lagi, Waspada Lontaran Batu Pijar di Radius 4,5 Kilometer

Gunung Marapi Erupsi Lagi, Waspada Lontaran Batu Pijar di Radius 4,5 Kilometer

Tren
Profil Nicole Shanahan, Cawapres AS yang Digandeng Robert F. Kennedy Jr

Profil Nicole Shanahan, Cawapres AS yang Digandeng Robert F. Kennedy Jr

Tren
Cara Cek NISN Online untuk Keperluan Pendaftaran UTBK SNBT 2024

Cara Cek NISN Online untuk Keperluan Pendaftaran UTBK SNBT 2024

Tren
Fakta Kasus Korupsi PT Timah, Seret Harvey Moeis dan 'Crazy Rich' PIK Helena Lim

Fakta Kasus Korupsi PT Timah, Seret Harvey Moeis dan "Crazy Rich" PIK Helena Lim

Tren
Han Kwang-Song, Mantan Pemain Juventus asal Korea Utara yang Pernah Hilang Misterius

Han Kwang-Song, Mantan Pemain Juventus asal Korea Utara yang Pernah Hilang Misterius

Tren
Apa Itu Karbohidrat? Berikut Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya

Apa Itu Karbohidrat? Berikut Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya

Tren
Profil PT Timah, Anak Perusahaan BUMN yang Terseret Korupsi Ratusan Triliun Rupiah

Profil PT Timah, Anak Perusahaan BUMN yang Terseret Korupsi Ratusan Triliun Rupiah

Tren
Duduk Perkara Kasus Korupsi Timah Ilegal yang Menyeret Harvey Moeis

Duduk Perkara Kasus Korupsi Timah Ilegal yang Menyeret Harvey Moeis

Tren
6 Alasan Tidak Dianjurkan Minum Es Teh Manis Saat Berbuka Puasa

6 Alasan Tidak Dianjurkan Minum Es Teh Manis Saat Berbuka Puasa

Tren
Tambang Emas di Liberia Runtuh, 13 Tewas dan 25 Lainnya Masih Terjebak

Tambang Emas di Liberia Runtuh, 13 Tewas dan 25 Lainnya Masih Terjebak

Tren
Daftar 16 Tersangka Kasus Korupsi Timah Ilegal, Terbaru Harvey Moeis

Daftar 16 Tersangka Kasus Korupsi Timah Ilegal, Terbaru Harvey Moeis

Tren
Rincian Tarif Listrik PLN yang Berlaku mulai 1 April 2024

Rincian Tarif Listrik PLN yang Berlaku mulai 1 April 2024

Tren
KAI Operasikan Kereta Ekonomi untuk Difabel, Ada di KA Apa Saja?

KAI Operasikan Kereta Ekonomi untuk Difabel, Ada di KA Apa Saja?

Tren
7 Cara Anjing Menunjukkan Kasih Sayang pada Pemiliknya, Salah Satunya Melalui Kontak Mata

7 Cara Anjing Menunjukkan Kasih Sayang pada Pemiliknya, Salah Satunya Melalui Kontak Mata

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com