Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Deklarasi Anies Baswedan sebagai Capres Nasdem...

Kompas.com - 04/10/2022, 13:59 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Partai Nasdem resmi mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Pilihan capres Nasdem adalah yang terbaik daripada yang terbaik. Inilah akhir Nasdem memberikan seorang sosok Anies Baswedan," ujar Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Senin (3/10/2022).

Dengan adanya deklarasi itu, Nasdem menjadi partai pertama yang sudah mengumumkan nama capres untuk Pilpres mendatang.

Menurut Paloh, Anies saat ini merupakan kandidat calon yang terbaik.

"Kenapa Anies Baswedan? Jawabannya: Why not the best?" jelas dia.

Pola baru koalisi pencapresan

Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana mengatakan, deklarasi Anies ini menjadi pola baru dalam pembentukan koalisi pencapresan.

Sebab umumnya koalisi pencapresan baru terbentuk 6-8 bulan menjelang Pilpres.

Baca juga: Pengamat: Anies Berpeluang Besar Diusung Nasdem, PKS, dan Demokrat


Ia menjelaskan, deklarasi ini berpotensi memunculkan kristalisasi dukungan koalisasi parpol dalam pencapresan yang lebih cepat dari yang diperkirakan.

"Tadinya banyak pengamat menduga koalisi akan terbentuk di akhir Desember 2022 atau awal tahun 2023 mendatang," kata Adit kepada Kompas.com, Senin (3/10/2022).

"Kalau ini terjadi, tentu sangat menarik karena ada pemicu-pemicu yang bisa jadi mempercepat pembentukan koalisi, seperti adanya kecocokan di antara mitra koalisi," sambungnya.

Menurutnya, pembentukan koalisi ini juga berakibat pada pembicaraan terkait dengan mekanisme dukungan, serta sosialisasi capres dan partai pendukungnya yang lebih cepat.

Artinya, ada kemungkinan mesin partai koalisi dari partai lain juga segera bergerak dengan cepat.

Dampak pencapresan Anies Baswedan

Adit menilai, proses kristalisasi ini dapat berdampak positif bagi partai politik untuk menggerakkan mesin partai.

Sebaliknya, hal ini bisa jadi berdampak negatif bagi penyelenggara pemilu ketika tahapan kampanye belum mulai.

Baca juga: Pencapresan Anies Baswedan oleh Nasdem, Ojo Kemajon atau Ojo Kesusu?

"Pertanyaannya, koalisi mana saja yang tentu akan mengikuti langkah Nasdem, ini yang masih sulit ditebak," jelas dosen ilmu politik Universitas Indonesia tersebut.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com