Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Gas Air Mata Bisa Menyebabkan Kematian? Ini Kata Dokter

Kompas.com - 03/10/2022, 17:05 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gas air mata adalah istilah umum untuk bahan kimia yang mengiritasi kulit, paru-paru, mata, dan tenggorokan.

Bahan kimia ini kerap digunakan untuk mengurai massa yang mulai bertindak anarki.

Baru-baru ini, penggunaan gas air mata menjadi sorotan publik lantaran dipakai untuk menghalau ribuan suporter yang turun ke lapangan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).

Akibatnya, sebanyak 125 orang dilaporkan meninggal dunia akibat insiden yang kini tercatat sebagai salah satu kerusuhan sepak bola terburuk di dunia tersebut.

Faktanya, gas air mata ini juga digunakan dalam tragedi sepak bola di belahan dunia lainnya, seperti tragedi sepak bola di Graha 2001 hingga Tragedi Lima 1964 dalam laga Peru vs Argentina.

Lantas, seberapa bahaya penggunaan gas air mata? Apakah gas air mata bisa menyebabkan kematian?

Baca juga: Bahaya Gas Air Mata dan Larangan FIFA soal Penggunaannya di Stadion


Bisa sebabkan kematian

Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Erlang Samudero Sp.P(k) mengatakan, gas air mata bisa mengakibatkan kematian pada pasien tertentu.

"Bisa (menyebabkan kematian), tergantung konsentrasi dan penyakit komorbid pasien," terangnya, saat dihubungi oleh Kompas.com, Senin (3/10/2022).

Pada populasi khusus, seperti pasien dengan penyakit saluran napas, bisa menimbulkan rasa kambuh. Terlebih lagi apabila konsentrasi zat iritan di dalam gas air mata itu sangat tinggi.

"Kalau ada penyakit komorbid bisa saja. Contoh pada orang yang punya asma ketika terkena zat iritan bisa terjadi spasme saluran napas. Asmanya kambuh dan ini bisa mengakibatkan kematian," tegas Erlang.

Di sisi lain, Erlang menjelaskan, bahwa kosentrasi gas air mata yang sangat tinggi bisa langsung menimbulkan kematian karena oksigen yang dihirup jadi berkurang.

Hal itu juga disebabkan tingginya zat iritan yang terkandung dalam gas air mata itu.

"Nah, yang menyebabkan konsentrasi yang tinggi itu biasanya zat iritan pada ruangan tertutup yang semakin lama semakin tinggi konsentrasinya," tandasnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh dokter spesialis paru-paru dari RS Islam Kustanti Surakarta, Prof Reviono.

"Kalau jumlahnya banyak bisa (menyebabkan kematian)," uajrnya kepada Kompas.com, Senin (3/10/2022).

Baca juga: Bahaya Gas Air Mata dan Cara Mengatasinya

Suasana kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).(KOMPAS.COM/Imron Hakiki) Suasana kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).

Mengenal gas air mata dan kandungannya

Dilansir dari Medical News Today, wujud material bahan kimia gas air mata itu bukanlah gas, melainkan zat kimia padat atau cair.

Gas air mata yang disemprotkan akan bereaksi dengan kelembaban dan menyebabkan rasa sakit hingga iritasi.

Inilah sebabnya gas air mata bisa memengaruhi area lembab di bagian tubuh seperti mata, mulut, tenggorokan, dan paru-paru.

Beberapa gas air mata terdiri dari banyak bahan kimia yang berbeda, di antaranya:

  • kloroasetofenon (CN)
  • chlorobenzylidenemalononitrile (CS)
  • kloropikrin (PS)
  • bromobenzilsianida (CA)
  • dibenzoxazepin (CR)
  • kombinasi bahan kimia yang berbeda.

Baca juga: Sejarah Gas Air Mata, dari Senjata Perang hingga Digunakan Kepolisian

Efek gas air mata

Gas air mata mampu menimbulkan efek jangka pendek dan panjang bagi kesehatan.

Dilansir dari BBC, para ahli mengatakan, efek khas dari penggunaan gas air mata adalah rasa terbakar, sensasi berair di mata, kesulitan bernapas, nyeri dada, air liur berlebihan, dan iritasi kulit.

Selain itu, efek gas air mata juga bisa menimbulkan kebingungan dan disorientasi yang memicu kepanikan serta kemarahan.

Gejala akan terasa pada 20-30 detik setelah terpapar. Kemudian, mereda sekitar 10 menit jika terkena udara segar.

Analis dari IHS Jane's Neil Gibson mengatakan, tiap jenis gas air mata yang mengandung senyawa berbeda memiliki efek dan tingkat toksikologi yang berbeda pula.

Baca juga: 5 Fakta Gas Air Mata: Kandungan, Efek hingga Cara Menghilangkannya

1. Efek jangka pendek

Menurut Medical News Today, berikut gejala jangka pendek yang dirasakan ketika seseorang terpapar gas air mata:

  • Mata kemerahan, berair, dan terasa terbakar
  • Penglihatan kabur
  • Iritas pada hidung dan mulut terasa yang menimbulkan sensasi terbakar
  • Sulit menelan
  • Mual dan muntah
  • Sulit bernafas
  • Batuk
  • Tritasi kulit dan ruam.

Ilustrasi iritasi mata karena terpapar gas air mata.SHUTTERSTOCK/n.k.junky Ilustrasi iritasi mata karena terpapar gas air mata.

2. Efek jangka panjang dan risiko kematian

Paparan gas air mata di dalam ruangan atau dalam konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan efek kesehatan yang serius, seperti:

  • Glaukoma
  • Kebutaan
  • Luka bakar kimia
  • Gagal napas.

Studi 2017 menunjukkan, efek gas air mata pada tubuh bisa menyebabkan cedera parah, cacat permanen, hingga kematian.

Baca juga: 4 Tragedi Dunia karena Gas Air Mata dan Kelalaian Pihak Keamanan

Cara mengatasi paparan gas air mata

Cara mengatasi paparan gas air mata adalah dengan cara menjauhi kepulan asap untuk mengurangi efek yang ditimbulkan oleh paparan gas tersebut.

Dikutip dari Healthline, Anda bisa melakukannya dengan cara menutup mata, hidung, mulut, dan kulit serapat mungkin.

Jika kondisi sudah kembali aman, sebisa mungkin segera lakukan beberapa hal berikut:

  • Bilas dengan air biasa selama 10-15 menit jika penglihatan kabur dan mata terasa panas.
  • Segera lepas lensa kontak yang terpapar oleh gas air mata.
  • Jika menggunakan kacamata, segera cuci lensa dengan sabun dan air.
  • Lepas pakaian yang terpapar gas air mata dengan hati-hati agar tidak menyentuh area wajah.
  • Segera bersihkan tubuh dengan cara mandi menggunakan air bersih dan sabun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Tren
Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Tren
Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Tren
10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com