KOMPAS.com - Gas air mata adalah istilah umum untuk bahan kimia yang mengiritasi kulit, paru-paru, mata, dan tenggorokan.
Bahan kimia ini kerap digunakan untuk mengurai massa yang mulai bertindak anarki.
Baru-baru ini, penggunaan gas air mata menjadi sorotan publik lantaran dipakai untuk menghalau ribuan suporter yang turun ke lapangan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
Akibatnya, sebanyak 125 orang dilaporkan meninggal dunia akibat insiden yang kini tercatat sebagai salah satu kerusuhan sepak bola terburuk di dunia tersebut.
Faktanya, gas air mata ini juga digunakan dalam tragedi sepak bola di belahan dunia lainnya, seperti tragedi sepak bola di Graha 2001 hingga Tragedi Lima 1964 dalam laga Peru vs Argentina.
Lantas, seberapa bahaya penggunaan gas air mata? Apakah gas air mata bisa menyebabkan kematian?
Baca juga: Bahaya Gas Air Mata dan Larangan FIFA soal Penggunaannya di Stadion
Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Erlang Samudero Sp.P(k) mengatakan, gas air mata bisa mengakibatkan kematian pada pasien tertentu.
"Bisa (menyebabkan kematian), tergantung konsentrasi dan penyakit komorbid pasien," terangnya, saat dihubungi oleh Kompas.com, Senin (3/10/2022).
Pada populasi khusus, seperti pasien dengan penyakit saluran napas, bisa menimbulkan rasa kambuh. Terlebih lagi apabila konsentrasi zat iritan di dalam gas air mata itu sangat tinggi.
"Kalau ada penyakit komorbid bisa saja. Contoh pada orang yang punya asma ketika terkena zat iritan bisa terjadi spasme saluran napas. Asmanya kambuh dan ini bisa mengakibatkan kematian," tegas Erlang.
Di sisi lain, Erlang menjelaskan, bahwa kosentrasi gas air mata yang sangat tinggi bisa langsung menimbulkan kematian karena oksigen yang dihirup jadi berkurang.
Hal itu juga disebabkan tingginya zat iritan yang terkandung dalam gas air mata itu.
"Nah, yang menyebabkan konsentrasi yang tinggi itu biasanya zat iritan pada ruangan tertutup yang semakin lama semakin tinggi konsentrasinya," tandasnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh dokter spesialis paru-paru dari RS Islam Kustanti Surakarta, Prof Reviono.
"Kalau jumlahnya banyak bisa (menyebabkan kematian)," uajrnya kepada Kompas.com, Senin (3/10/2022).
Baca juga: Bahaya Gas Air Mata dan Cara Mengatasinya
Dilansir dari Medical News Today, wujud material bahan kimia gas air mata itu bukanlah gas, melainkan zat kimia padat atau cair.
Gas air mata yang disemprotkan akan bereaksi dengan kelembaban dan menyebabkan rasa sakit hingga iritasi.
Inilah sebabnya gas air mata bisa memengaruhi area lembab di bagian tubuh seperti mata, mulut, tenggorokan, dan paru-paru.
Beberapa gas air mata terdiri dari banyak bahan kimia yang berbeda, di antaranya:
Baca juga: Sejarah Gas Air Mata, dari Senjata Perang hingga Digunakan Kepolisian
Gas air mata mampu menimbulkan efek jangka pendek dan panjang bagi kesehatan.
Dilansir dari BBC, para ahli mengatakan, efek khas dari penggunaan gas air mata adalah rasa terbakar, sensasi berair di mata, kesulitan bernapas, nyeri dada, air liur berlebihan, dan iritasi kulit.
Selain itu, efek gas air mata juga bisa menimbulkan kebingungan dan disorientasi yang memicu kepanikan serta kemarahan.
Gejala akan terasa pada 20-30 detik setelah terpapar. Kemudian, mereda sekitar 10 menit jika terkena udara segar.
Analis dari IHS Jane's Neil Gibson mengatakan, tiap jenis gas air mata yang mengandung senyawa berbeda memiliki efek dan tingkat toksikologi yang berbeda pula.
Baca juga: 5 Fakta Gas Air Mata: Kandungan, Efek hingga Cara Menghilangkannya
Menurut Medical News Today, berikut gejala jangka pendek yang dirasakan ketika seseorang terpapar gas air mata:
Paparan gas air mata di dalam ruangan atau dalam konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan efek kesehatan yang serius, seperti:
Studi 2017 menunjukkan, efek gas air mata pada tubuh bisa menyebabkan cedera parah, cacat permanen, hingga kematian.
Baca juga: 4 Tragedi Dunia karena Gas Air Mata dan Kelalaian Pihak Keamanan
Cara mengatasi paparan gas air mata adalah dengan cara menjauhi kepulan asap untuk mengurangi efek yang ditimbulkan oleh paparan gas tersebut.
Dikutip dari Healthline, Anda bisa melakukannya dengan cara menutup mata, hidung, mulut, dan kulit serapat mungkin.
Jika kondisi sudah kembali aman, sebisa mungkin segera lakukan beberapa hal berikut: