Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Suporter Saat Tragedi Kanjuruhan: Sudut Lapangan Penuh Gas Air Mata, Banyak Ibu dan Anak Kecil Tak Berdaya

Kompas.com - 02/10/2022, 18:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Duka menyelimuti sepakbola Indonesia. Tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan setidaknya 130 orang meninggal dunia menjadi sorotan tak hanya di tanah air, bahkan hingga mancanegara.

Unggahan terkait bagaimana kronologi peristiwa ini diceritakan oleh beberapa warganet di media sosial, salah satunya oleh akun Twitter @RezqiWahyu_05.

“Assalamualaikum Sebelumnya saya turut berduka cita sedalam"nya terhadap korban insiden yg terjadi di stadion Kanjuruhan pertandingan Arema vs Persebaya Yg kedua syukur alhamdulillah, sy di beri keselamatan sampai dirumah.. Dan Bisa menceritakan kronologi versi sya pribadi disini,” tulisnya mengawali Twit.

Dalam utas yang Ia buat, Rezqi menceritakan bagaimana dirinya menyaksikan sendiri bagaimana kerusuhan itu terjadi.

Kompas.com telah meminta izin pemilik akun untuk mengutip ceritanya.

Baca juga: 130 Tewas, Laga Arema FC Vs Persebaya Jadi Salah Satu Pertandingan Paling Mematikan dalam Sejarah

Situasi kondusif saat pertandingan

Rezqi menceritakan, sebelum kerusuhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 tersebut awalnya situasi berjalan aman.

“Dari awal saya masuk stadion (kondisi pemain sedang pemanasan) semua berjalan aman dan tertib hingga kick off pukul 20.00,” ceritanya.

Saat kick off dimulai pun pertandingan masih berjalan aman dan tak ada kericuhan sedikitpun. Ketika itu, menurut Rezqi hanya Arema yang saling melontarkan psywar ke pemain Persebaya.

“Babak pertama selesai, dan saat jeda istirahat, ada sekitar 2-3 kali kericuhan sedikit di tribun 12-13, yang bisa segera diamankan oleh pihak berwenang,” ungkapnya.

Pada saat babak kedua berlanjut, Rezqi menceritakan tim Persebaya berhasil mencetak gol ketiga. Sementara Arema FC terus berusaha menggempur gawang Persebaya.

Namun tak ada gol yang tercipta hingga bunyi peluit akhir berbunyi.

“Di sinilah awal mula tragedi dimulai, setelah peluit dibunyikan, para pemain Arema tertunduk lesu dan kecewa,” jelasnya.

Ia mengatakan, pelatih Arema dan manager tim kemudian mendekati tribun timur lalu menunjukkan gestur meminta maaf ke suporter.

Mobil K-9 dibalik oleh supporter Aremania dalam kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).(KOMPAS.COM/Imron Hakiki) Mobil K-9 dibalik oleh supporter Aremania dalam kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).

Satu suporter turun ke lapangan

Namun menurutnya ada satu suporter yang berasal dari tribun selatan yang nekat masuk dan mendekat ke Sergio Silva dan Maringa untuk memberikan motivasi sekaligus kritik ke mereka.

Namun kemudian ada sejumlah suporter yang kemudian ikut masuk dan meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema.

Saat itu, menurutnya John Alfarizie mencoba memberikan pengertian kepada para suporter tersebut.

Namun pada akhirnya makin banyak orang yang berdatangan dan kondisi stadion pun semakin ricuh karena terdapat beberapaa orang yang masuk dari berbagai sisi stadion dan ikut masuk meluapkan kekecewaan pada pemain.

“Setelah pemain masuk, suporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan,” ceritanya.

Aparat coba memukul mundur suporter

Suasana di area Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, seusai kericuhan penonton yang terjadi seusai laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/9/2022) malam.(KOMPAS.com/SUCI RAHAYU) Suasana di area Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, seusai kericuhan penonton yang terjadi seusai laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/9/2022) malam.

Ia juga menyebut, saat itu pihak aparat melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter, namun menurut dia perlakuan aparat kepada suporter kurang baik.

“Dipentung dengan tongkat panjang, satu suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya,” cerita dia.

Selanjutnya, saat aparat memukul mundur suporter di sisi selatan, suporter dari sisi utara menyerang ke arah aparat.

Kondisi menjadi semakin tidak kondusif karena semakin banyak suporter yang masuk ke lapangan.

Aparat mulai menembakkan gas air mata

Ia mengatakan, aparat kemudian menembakkan gas air mata beberapa kali ke arah suporter yang berada di lapangan. Sedangkan di sisi selatan dan utara suporter silih berganti menyerang aparat.

“Akhirnya, selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakan gas air mata ke arah suporter,” ujar dia.

Menurutnya ada cukup banyak gas air mata yang ditembakkan ke arah suporter hingga setiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata.

“Ada juga yang langsung ditembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di tribun 10,” ujarnya.

Gas air mata ini menurut Rezqi membuat suporter di atas tribun semakin panik dan berlarian mencari pintu keluar.

Namun sayangnya pintu keluar sudah terlanjur sesak oleh supporter lain yang juga panik.

“Banyak ibu-ibu, wanita-wanita, orang tua, dan anak anak kecil yang terlihat sesak nggak berdaya, nggak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet,” katanya.

Sementara di luar stadion sejumlah orang terkapar dan pingsan karena sempat terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata.

Baca juga: Kerusuhan Kanjuruhan Puncak Gunung Es Buruknya Tata Kelola Sepak Bola Indonesia

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com