Dilansir dari Kompas.com, 30 September 2019, Komandan Batalyon I Resimen Tjakrabirawa Letkol (Inf) Untung Samsoeri adalah pemimpin upaya kudeta yang mengubah garis sejarah itu.
Kudeta yang awalnya diberi nama Operasi Takari itu diubah di saat akhir menjadi Gerakan 30 September agar tidak berbau militer.
Kata Untung, Ketua Central Comitte Partai Komunis Indonesia (PKI) DN Aidit memerintahkan agar pelaksanaannya ditunda menjadi tanggal 1 Oktober sampai pasukan siap dan lengkap.
Menjelang pelaksanaan, nama Mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta dicoret dari sasaran. Tujuannya, kata Untung, untuk menyamarkan kudeta sebagai konflik internal.
Untung membagi eksekutor ke dalam tiga satuan tugas. Satgas Pasopati pimpinan Letnan I (Inf) Abdul Arief dari Resimen Tjakrabirawa bertugas menangkap tujuh jenderal yang jadi sasaran.
Satgas Bimasakti dipimpin Kapten (Inf) Soeradi Prawirohardjo dari Batalyon 530/Brawijaya, bertugas mengamakan Ibu Kota dan menguasai kantor Pusat Telekomunikasi dan Studio RRI Pusat.
Terakhir, satgas Pringgodani di bawah kendali Mayor (Udara) Soejono, bertugas menjaga basis dan wilayah di sekeliling Lubang Buaya, yang rencananya akan jadi lokasi penyanderaan para jenderal.
Julius Pour penulis "G30S, Fakta atau Rekayasa? (2013)" mencatat, operasi penculikan di bawah Untung direncanakan secara serampangan. Banyak yang akan dilibatkan, tak jadi datang.
Jumlah pasukan kurang dari 100 personel, jauh dari yang diharapkan mampu memantik revolusi.
Setelah itu yang terjadi seperti yang dikhawatirkan Untung. Penculikan berubah jadi serangan berdarah.
Para jenderal ditangkap baik hidup maupun mati. Waktu yang disediakan juga sedikit, sehingga segala cara digunakan untuk membawa mereka ke lubang buaya.
Baca juga: Peringatan G30S PKI, Pengibaran Bendera Setengah Tiang 30 September, dan Hari Kesaktian Pancasila
Menurut Ahmad Yani, kelompok ini sebenarnya bernama resmi Dewan Kepangkatan dan Jabatan Tinggi (Wanjakti) dan hanya berfungsi sebagai penasihat bagian kenaikan pangkat dan jabatan dalam Angkatan Darat.
Tugasnya adalah membahas kenaikan pangkat dan jabatan dari kolonel ke brigjen dan dari brigjen ke mayjen dan seterusnya.
(Sumber: Kompas.com/Nibras Nada Nailufar, Ahmad Naufal Dzulfaroh, Nur Fitriatus Shalihah | Editor: Heru Margianto, Rizal Setyo Nugroho)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.