Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinyal Resesi Ekonomi Global, Apa yang Akan Terjadi?

Kompas.com - 29/09/2022, 20:05 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberikan sinyal resesi ekonomi global pada 2023.

Ia memproyeksikan, ekonomi dunia akan masuk jurang resesi seiring dengan tren kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan sebagian besar bank sentral di dunia secara bersamaan.

Diberitakan Kompas.com, Selasa (27/9/2022), proyeksi resesi ekonomi pada 2023 mengacu pada studi Bank Dunia atau World Bank.

Bank Dunia menilai, kebijakan pengetatan moneter oleh bank-bank sentral akan berimplikasi pada krisis pasar keuangan dan pelemahan ekonomi.

Baca juga: Diproyeksi Akan Terjadi pada 2023, Apa Itu Resesi Global?


Lantas, apa yang terjadi jika ekonomi global resesi?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di bawah 5 persen

Resesi adalah saat pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan.Freepik Resesi adalah saat pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan.

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam bisa di bawah 5 persen pada 2023.

Menurutnya, ancaman resesi ekonomi global cukup nyata dan dapat berdampak pada beberapa hal.

Pertama, neraca perdagangan yang selama ini ditopang oleh harga komoditas yang naik.

"Dengan resesi, maka permintaan bahan baku industri menurun. Ini akibatnya terjadi penurunan harga komoditas ekspor unggulan, bisa menyebabkan tekanan pada sisi ekspor," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/9/2022).

Baca juga: Amerika Serikat Resesi, Ini Dampaknya pada Ekspor Indonesia

Resesi mengancam realisasi investasi

Kemudian, ancaman terhadap realisasi investasi.

Ia menjelaskan, selain melihat efek dari naiknya harga BBM terhadap inflasi, yang bahkan tahun ini melebihi pertumbuhan ekonomi, itu berarti secara riil sudah terjadi tekanan.

Investor pun akan masuk kepada aset-aset yang lebih aman.

Sedangkan untuk investasi langsung, tutur dia, terjadinya inflasi membuat permintaan konsumen lebih rendah dari proyeksi awal. Ditambah rencana bisnis yang berubah.

Lebih lanjut, Bhima menyoroti soal tingkat suku bunga.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com