Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Ungkap Sejumlah Dugaan Penyebab Pertalite yang Kian Boros

Kompas.com - 25/09/2022, 08:29 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Usai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di awal bulan ini, keluhan perihal dugaan penurunan kualitas bahan bakar minyak (BBM) RON 90 atau Pertalite ramai di media sosial.

Menurut warganet, Pertalite saat ini dirasa lebih boros dibandingkan sebelumnya dengan pemakaian yang sama.

Kecurigaan warga ini didukung dengan kondisi antrean di SPBU Pertamina yang meningkat tajam.

Bahkan, beberapa dari mereka rela pindah ke SPBU swasta untuk menghindari antrean panjang, meski dengan harga sedikit lebih mahal.

Baca juga: Ramai soal Pertalite Disebut Kian Boros sejak Harga Naik, Ini Kata Pertamina

Analisis dan penjelasan ahli ITB

Ahli Bahan Bakar dan Pembakaran Fakultas Teknik Mesin dan Dirgandara Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswisjajanto mengatakan, penurunan kualitas Pertalite bisa dimungkinkan karena massa jenis yang berubah.

Menurutnya, massa jenis Pertalite yang ditetapakan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkisar antara 715-770.

Faktor density atau massa jenis ini mencerminkan energi per liter bahan bakar.

"Jadi artinya dengan uang yang sama, kalau densitas itu turun maka kita akan mendapat energi yang lebih sedikit per liternya dari yang kita bayar," kata Tri dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Faktor penyebab

Warganet mengeluhkan penggunaan BBM jenis Pertalite kini menjadi cepat habis sejak harga BBM dinaikkan seperti yang diunggah oleh akun Twitter @ferizandra pada Rabu (21/9/2022)Tangkapan layar Twitter. Warganet mengeluhkan penggunaan BBM jenis Pertalite kini menjadi cepat habis sejak harga BBM dinaikkan seperti yang diunggah oleh akun Twitter @ferizandra pada Rabu (21/9/2022)

Ada beberapa faktor penyebab penurunan massa jenis BBM ini. Pertama, kondisi crude oil yang menurun secara alami.

Dalam hal ini, crude oil yang dimasak bisa menghasilkan nafta yang ringan dan berat. Nafta adalah hasil pengolahan crude oil yang sudah diproses sedemikian rupa, namun belum menjadi Pertalite.

Kedua, kemungkinan adanya kesalahan saat proses pengolahan.

Misalnya, kesalahan dalam formulasi, sehingga pengolahan yang dihasilkan berupa Pertalite dengan massa jenis rendah fraksi.

Ciri Pertalite ini adalah warna lebih terang dan mudah menguap.

Baca juga: Viral, Foto Perbandingan Pertalite Lama dan Baru yang Disebut Lebih Boros

Kata ahli UGM

Ilustrasi pengisian BBM Pertalite 
Dok. Pertamina Ilustrasi pengisian BBM Pertalite

Sementara itu, Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Jayan Sentanuhady menuturkan, kendaraan bermotor yang sebelumnya diisi Pertamax dan kini berganti Pertalite, maka hal ini memang akan terasa lebih boros.

Peralihan pengguna Pertamax ke Pertalite dimungkinkan karena selisih harga keduanya yang besar.

Menurut Jayan, Pertamax secara umum memiliki nilai kalor dan oktan yang lebih tinggi dibanding BBM yang lain.

Baca juga: Syarat, Cara Cek, dan Cara Daftar Penerima BLT BBM dan BSU 2022

Jika kemudian pemilik kendaraan menggunakan BBM dengan nilai oktan yang lebih rendah, maka akan menimbulkan masalah.

"Nilai oktan yang rendah berpotensi membuat mesin auto ignition, bahkan knocking. Nah auto ignition dan knocking ini membuat tenaga mesin drop," ujarnya.

"Sehingga untuk mendapatkan power yang sama dengan power BBM Pertamax sangat wajar oktan yang rendah akan lebih boros," sambungnya.

Baca juga: Serba-serbi Seputar Bantuan Pemerintah, BLT BBM dan BSU Pekerja

Perlunya pengujian Pertalite

Antrean kendaraan roda dua di SPBU Vivo yang kini mulai mengular. Seorang pengendara motor yakni Indra (27) mengatakan bahwa dirinya kini telah beralih ke SPBU Vivo, usai waktu antrean BBM Pertalite di SPBU Pertamina semakin memakan waktu lebih lama. KOMPAS.com/JOY ANDRE T Antrean kendaraan roda dua di SPBU Vivo yang kini mulai mengular. Seorang pengendara motor yakni Indra (27) mengatakan bahwa dirinya kini telah beralih ke SPBU Vivo, usai waktu antrean BBM Pertalite di SPBU Pertamina semakin memakan waktu lebih lama.

Untuk itu, kedua ahli ini menyarankan adanya pengujian guna memebuktikan klaim penurunan kualitas Pertalite.

Pengujian yang paling mudah bisa dilakukan dengan meletakkan Pertalite dan Pertamax di satu wadah.

"Taruh saja Pertalite di wadah, kemudian kalau sebagai pembanding karena susah untuk dapat Pertalite yang lama maka pakai Pertamax saja sebagai pembanding," jelas Tri.

Baca juga: Mengapa Kebakaran di Area Kilang Minyak Pertamina Terus Berulang?

Kemudian, letakkan di tempat terbuka yang aman dari api, dan di tempat dingin. Jika Pertalite lebih menguap, maka klaim penurunan kualitas memang betul adanya.

Hal ini karena dalam tabel spesifikasi bisa dilihat Pertamax dan Pertalite memiliki spesifikasi tekanan uap yang hampir sama sehingga seharusnya pada keduanya tak akan ada banyak perbedaan.

Untuk pengujian lebih lanjut, bisa dilakukan engine test bed di laboratorium.

Baca juga: Penjelasan Pertamina soal Unggahan Viral Tips Isi BBM dengan Nominal Ganjil agar Tak Dicurangi

(Sumber: Kompas.com/Nur Rohmi Aida, Dandy Bayu Bramasta | Editor: Inten Esti Pratiwi)

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 8 Jenis BBM yang Dijual Pertamina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com