Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kompor Elpiji Versus Kompor Listrik

Kompas.com - 23/09/2022, 09:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEPERTI telah saya khawatirkan sejak awal pagebluk Covid-19 mulai memporak-porandakan kehidupan manusia di planet Bumi, terbukti kini telah timbul gejala resesi ekonomi dunia yang semoga tidak berlanjut menjadi depresi ekonomi.

Insya Allah jangan sampai terulang apa yang terjadi pada tahun 1930-an abad XX saat depresi ekonomi yang lambat tetapi pasti akhirnya terbukti memicu Perang Dunia II. Pagebluk Covid-19 sudah terbukti memicu perang Rusia-Ukraina yang kemudian memicu kenaikan harga gandum dan minyak bumi.

Kenaikan harga minyak bumi juga berpengaruh destruktif terhadap harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia mau tak mau menaikkan harga BBM yang sangat berpengaruh bagi rakyat jelata yang sudah cukup menderita akibat kenaikan harga kebutuhan hidup primer.

Baca juga: Kompor Listrik Vs Kompor Induksi: Perbedaan dan Cara Kerjanya

Saat mendengar amanat penderitaan rakyat maka pemerintah berupaya meringankan beban derita rakyat dengan berbagai cara. Termasuk dengan wacana mengganti kompor elpiji (liquified petroleum gas/LPG) dengan kompor listrik.

Jurnalis keren merangkap sahabat saya se-WAG Satu Pena, Muhammad Subarkah, berbagi pandangan kelirumologis terhadap gagasan pemerintah mengganti kompor elpiji dengan kompor listrik.

Subarkah menulis berikut : “Pemerintah lewat PLN gencar sosialisasi migrasi kompor LPG ke kompor listrik. Katanya, kalau LPG tidak disubsidi, biaya pemakaian energi kompor listrik lebih murah dari kompor LPG: Rp 10.250 versus Rp 13.500, untuk 7 jam pemakaian.

Apakah pernyataan PLN ini benar? Menurut perhitungan PLN: 1 KG LPG = 7 kWh listrik: konversi ini tidak benar!

Menurut flogas.co.uk, 1 LITER LPG = 7 kWh, dan 1 KG LPG = 14 kWh, karena 1 KG LPG = 1,969 liter: sehingga, biaya 7 jam pemakaian LPG lebih murah dari listrik: Rp 6.750 versus Rp 10.250?

Mohon PLN klarifikasi. Dengan harga LPG non-subsidi saat ini sekitar Rp 19.000 per kg, biaya pemakaian 7 jam kompor LPG juga masih lebih murah dari kompor Listrik : Rp 9.500 versus Rp 10.250."

Terus terang sebagai pendiri Pusat Studi Kelirumologi saya merasa terkompori oleh pengomporan Muhammad Subarkah yang secara kelirumologis tidak mau begitu saja menelan semua gagasan pemerintah, tanpa seksama menelaahnya terlebih dahulu.

Apalagi tampak jelas bahwa pihak pemerintah berusaha mati-matian membela kenaikan harga BBM dengan berbagai alasan yang masuk akal sampai tidak masuk akal sehat maupun tidak sehat.

Maka saya segera menugaskan Tim Pusat Studi Kelirumologi untuk meneliti pandangan kelirumologis Muhammad Subarkah terhadap gagasan pemerintah mengganti kompor LPG dengan kompor listrik.

Sayang setriliun sayang daya logika aritmatika Tim Pusat Studi Kelirumologi, apalagi saya, ternyata jauh berada di bawah logika aritmatika Mas Barkah sehingga sampai naskah ini saya tulis, Tim Pusat Studi Kelirumologi belum berhasil membenarkan maupun tidak membenarkan komporan Mas Barkah mengenai mana lebih murah, kompor listrik dibandingkan dengan kompor elpiji.

Baca juga: Bagaimana Cara Kerja Kompor Listrik?

Insya Allah, ada di antara para pembaca naskah berkenan menjawab pertanyaan tentang sebenarnya mana lebih murah biaya menggunakan kompor elpiji atau kompor listrik dengan pembuktian perhitungan aritmatika yang tepat dan benar tanpa curang berlindung di balik dalih cetirus paribus.

Mungkin Anda bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Tren
Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Tren
Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Tren
10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com