Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sehabudin
PNS, Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama

Pemerhati Sosial dan Lingkungan

Sosialiasi Informasi Kebencanaan Jangan Hanya di Ruang Rapat

Kompas.com - 21/09/2022, 12:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BENCANA alam merupakan salah satu ancaman aktual dan nyata bagi negara kepulauan seperti Indonesia.

Data terkini dari bnpb.go.id menyebutkan, Indonesia sudah mengalami 2.522 kali bencana alam selama periode Januari hingga September 2022. Akibat ribuan bencana itu, 143 orang meninggal dunia, 25 orang hilang, dan 733 lainnya luka-luka.

Yang paling mencengangkan adalah jumlah pengungsi dan mereka yang menderita sebagai akibat dampak dari bencana, yakni sebanyak 2.976.427 jiwa.

Baca juga: Minimalkan Potensi Bencana Alam, Gubernur Riau Ajak Masyarakat Jaga Hutan Gambut dan Mangrove

Banjir masih mendominasi daftar urutan bencana alam di Indonesia, diikuti cuaca ekstrem, tanah longsor, dan kebakaran hutan.

Jenis-jenis bencana tersebut sebenarnya tergolong bencana yang masih bisa ditanggulangi dan bahkan bisa dicegah seperti melalui pendeteksian dini potensi bencana dan sosialisasi terhadap masyarakat.

Namun kita juga perlu waspada terhadap potensi bencana yang sulit untuk diprediksi, seperti gempa bumi yang bisa diikuti tsunami. Mengingat fakta geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di tengah beberapa lempeng besar dunia, kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan.

Pemerintah sebenarnya sudah cukup aktif dalam melakukan sosialisasi, khususnya tentang manajeman kebencanaan di daerah-daerah yang masuk kategori sangat rawan bencana, seperti yang kerap dilakukan di Banten.

Yang terbaru ialah sosialisasi dan rapat lintas sektoral tentang ancaman bencana besar menyangkut gempa megathrust. Terkait potensi gempa megathrust teridentifikasi 13 titik yang terancam.

Titik-titik itu membentang dari ujung Sumatera hingga ujung Jawa.  Ancamannya tidak saja bersifat sangat destruktif dari sisi guncangan tetapi juga diyakini dapat mengakibatkan tsunami berkekuatan besar yang mengancam populasi di sekitar pesisir pantai serta area-area yang tidak jauh dari pesisir.

Direspons secara luas

Informasi dan data semacam itu semestinya direspons pemerintah dengan menggalakkan sosialisasi. Selama ini sosialiasi tentang kebencanaan lebih banyak dilakukan di ruang-ruang rapat atau ruang terbatas lainnya dan tidak menjadi pengetahuan masyarakat.

Padahal, sosialisasi dan edukasi tentang potensi bencana alam yang di dalamnya meliputi manajemen kebencanaan dari berbagai aspek perlu diketahui publik sebagai bagian dari upaya penyadaran kolektif.

Maskarakat perlu mengetahui hal-hal terkait manajemen kebencanaan, mulai dari upaya pencegahan, tanggap darurat, mitigasi kesiapsiagaan, dan pemulihan pasca-bencana.

Semuanya itu harus tersosialisasikan secara tepat sasaran. Sebab informasi kebencanaan bukan merupakan pengetahuan ekslusif melainkan harus menjadi diskursus publik.

Baca juga: BNPB: 1.137 Bencana Alam Terjadi Januari hingga Maret 2022

Jangan sampai informasi kebencaan diketahui masyarakat hanya dari media berita yang diserap satu arah. Yang ujung-ujungnya hanya menjadi pembicaraan biasa di tengah masyarakat dan tidak diresapi sebagai informasi yang menyadarkan.

Pemerintah dan lembaga terkait kiranya perlu menggandeng tokoh terkemuka dari kalangan ulama, misalnya, agar upaya sosialisasi menjadi lebih maksimal.

Pelibatan ulama

Ulama, sebagai figur yang paling didengar dan dituruti masyarakat, diyakini mampu membangkitkan kesadaran dan kerja sama di antara masyarakat sehingga memudahkan setiap langkah pemerintah dalam menyosialisasikan resiko bencana alam.

Banyak masyarakat kita yang menempatkan figur ulama sebagai tempat untuk bertanya tentang berbagai problem kehidupan. Hal itu perlu dilihat pemerintah sebagai opsi terbaik untuk menjangkau upaya peningkatan kesadaran mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana alam hingga ke akar rumput.

Dengan demikian edukasi dan sosialisasi tentang bencana tidak lagi terbatas di ruang tertutup. Tetapi juga bisa berlangsung di mesjid-mesjid, pesantren-pesantren, dan lingkungan sekitar sarana peribadatan yang ada di tengah masyarakat.

Harapan terbesarnya ialah kita dapat menekan atau meminimal jumlah korban jiwa jika terjadi bencana alam. Dalam sejumlah kasus selama ini, tingginya angka korban bencana alam disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat, baik tentang bahaya bencana yang mengintai maupun terkait dengan manajemen kebencanaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com