KOMPAS.com - Fast fashion adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan model bisnis industri pakaian yang mereplikasi tren catwalk terbaru dan desain mode tinggi, memproduksinya secara massal dengan biaya rendah, dan membawanya ke toko ritel dengan cepat, saat permintaan sedang tinggi.
Dikutip dari Investopedia, (13/7/2022), fast fashion adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan desain pakaian yang diproduksi cepat ke toko untuk memanfaatkan tren.
Koleksinya sering didasarkan pada gaya yang disajikan di peragaan busana Fashion Week atau dikenakan oleh selebriti.
Mode cepat memungkinkan konsumen arus utama untuk membeli tampilan baru yang hype atau hal besar berikutnya dengan harga yang terjangkau.
Harga terjangkau dan kepuasan instan bagi konsumen, lebih banyak keuntungan bagi perusahaan, dan demokratisasi pakaian bergaya adalah di antara keuntungan fast fashion.
Sisi negatifnya, fast fashion juga diasosiasikan dengan polusi, limbah, penyebaran mentalitas "sekali pakai", upah rendah, dan tempat kerja yang tidak aman.
Baca juga: Fast Fashion, Tren Mode yang Lestarikan Sifat Konsumtif?
Dikutip dari jurnal yang ditulis Chanifathin Nidia dan Ratna Suhartini dari Universitas Negeri Surabaya, disebutkan ciri-ciri bisnis fast fashion menurut Tokatli sebagai berikut:
Baca juga: Jangan Cuma Belanja Pakaian, Ketahui Juga Dampak Fast Fashion pada Lingkungan
Haug dan Busch (2016) berpendapat terdapat tiga hal utama dampak
lingkungan dari industri fashion, yaitu
Siklus percepatan mode pada industri fast fashion telah tumbuh lebih cepat dari industri
fashion lainnya, sehingga mendorong disposibilitas yang lebih besar.
Weber dkk (2017) menyebutkan 85 persen dari semua limbah tekstil di Amerika berakhir di tempat pembuangan sampah.
Dalam rentang 10 tahun limbah tersebut meningkat menjadi 40 persen. Di Kanada tekstil menyumbang 10 persen limbah.
Penimbunan sampah adalah bentuk dominan dari pengelolaan limbah, sementara bahan sintetis tidak dapat terurai.
Munculnya dan fenomena fasf fashion sering dikaitkan dengan perubahan sosial-budaya dalam gaya hidup konsumen, yang secara terus menerus mendapat pengetahuan tentang tren mode baru dan merasa perlu beradaptasi dengan tren mode.
Kondisi ini menuntut industri fashion untuk merespon dengan cepat dan mengubah tren
mode yang menjadi tuntutan konsumen. Peningkatan pembelian fashion telah menyebabkan
fenomena baru membuang pakaian yang hanya dipakai beberapa kali saja.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.