Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, Mungkinkah Masuk ke Indonesia?

Kompas.com - 18/08/2022, 19:05 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Demam lassa mematikan

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa demam lassa merupakan penyakit yang setara dengan demam berdarah.

Hal tersebut disebabkan karena demam lassa dapat membuat penderitanya mengeluarkan darah dari bagian tubuh penderitanya.

Bahkan untuk gejala yang disebabkan oleh demam lassa di kawasan tropis seperti Indonesia, sering dikira tipes atau malaria.

"Sumber penularannya dari tikus. Kotoran tikus, kencing tikus ini mencemari makanan yang dikonsumsi manusia," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (17/8/2022).

Demam lassa merupakan penyakit endemis atau yang berkembang banyak di Afrika, khususnya Nigeria yang paling terdampak.

Baca juga: Demam Berdarah Dengue, Ini Gejala hingga Pengobatan DBD

Dicky menyebut jika demam lassa adalah penyakit mematikan dan berpotensi menjadi epidemi untuk kawasan yang memiliki sistem sanitasi yang buruk.

Mesipun begitu, untuk Indonesia sendiri potensi penyebaran demam lassa dinilai sangat kecil.

Hal tersebut disebabkan masyarakat Indonesia saat ini berpergian ke luar negeri dengan menggunakan pesawat yang tidak berkemungkinan membawa tikus dari luar negeri.

"Kalau zaman dulu namanya tikus ada dari kapal-kapal laut yang melakukan perjalanan, saat ini orang lebih banyak berpergian dengan pesawat terbang," ujar Dicky.

Namun, Dicky tetap menyarankan agar masyarakat mewaspadai demam lassa, hal tersebut disebabkan masih adanya alam liar di wilayah Indonesia.

Selain itu juga masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di tempat-tempat kumuh dengan sanitasi yang buruk. "Ini tentu yang bisa berisiko," pungkasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com