Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa demam lassa merupakan penyakit yang setara dengan demam berdarah.
Hal tersebut disebabkan karena demam lassa dapat membuat penderitanya mengeluarkan darah dari bagian tubuh penderitanya.
Bahkan untuk gejala yang disebabkan oleh demam lassa di kawasan tropis seperti Indonesia, sering dikira tipes atau malaria.
"Sumber penularannya dari tikus. Kotoran tikus, kencing tikus ini mencemari makanan yang dikonsumsi manusia," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (17/8/2022).
Demam lassa merupakan penyakit endemis atau yang berkembang banyak di Afrika, khususnya Nigeria yang paling terdampak.
Baca juga: Demam Berdarah Dengue, Ini Gejala hingga Pengobatan DBD
Dicky menyebut jika demam lassa adalah penyakit mematikan dan berpotensi menjadi epidemi untuk kawasan yang memiliki sistem sanitasi yang buruk.
Mesipun begitu, untuk Indonesia sendiri potensi penyebaran demam lassa dinilai sangat kecil.
Hal tersebut disebabkan masyarakat Indonesia saat ini berpergian ke luar negeri dengan menggunakan pesawat yang tidak berkemungkinan membawa tikus dari luar negeri.
"Kalau zaman dulu namanya tikus ada dari kapal-kapal laut yang melakukan perjalanan, saat ini orang lebih banyak berpergian dengan pesawat terbang," ujar Dicky.
Namun, Dicky tetap menyarankan agar masyarakat mewaspadai demam lassa, hal tersebut disebabkan masih adanya alam liar di wilayah Indonesia.
Selain itu juga masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di tempat-tempat kumuh dengan sanitasi yang buruk. "Ini tentu yang bisa berisiko," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.