KOMPAS.com – Topik “Hujan” sempat menjadi trending di media sosial Twitter pada Sabtu (13/8/2022) malam.
Topik “Hujan” pun dibicarakan lebih dari 20 ribu kali. Sejumlah warganet mengatakan bahwa di wilayahnya hujan sedang turun.
“Enak bgt akhirnya hujan,” ujar akun @aiiseeyou.
“Di Bandung hujan, enaknya jajan Grabfood seblak sama martabak,” tulis akun @nrazhtv.
“Semarang hujan,” tulis akun @adibim.
BMKG sendiri melalui akun Twitternya juga sempat mengeluarkan peringatan hujan lebat untuk sejumlah wilayah.
Berikut Kami Sampaikan PRAKIRAAN CUACA BERBASIS DAMPAK HUJAN LEBAT di Wilayah Jawa Tengah.
Berlaku Mulai Tanggal 13 Agustus 2022 Pukul 07.00 WIB s/d Tanggal 14 Agustus 2022 Pukul 07.00 WIB.
Sumber : https://t.co/79ClrWz75h pic.twitter.com/Zkp7jjJN7D
— BMKG Cilacap (@BmkgCilacap) August 13, 2022
Lantas mengapa akhir-akhir ini hujan turun padahal masih musim kemarau?
Baca juga: Mitos atau Fakta, Benarkah Kalimantan Aman dari Gempa? Ini Kata BMKG
Terkait hal tersebut Kompas.com menghubungi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Saat dihubungi, Senior Forecaster BKMKG Irsal menyampaikan hujan pada musim kemarau biasanya dipicu oleh proses konveksi.
"Pada musim kemarau, hujan biasanya dipicu oleh proses konveksi," ujar Irsal saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (13/8/2022).
Proses tersebut menurutnya diakibatkan oleh pemanasan Matahari di permukaan bumi.
Hal tersebut kata Irsal, ditandai dengan suhu yang cukup tinggi dan dirasa terik akibat kelembapan udara yang juga cukup tinggi di wilayah Indonesia.
Selain itu Irsal juga mengatakan bahwa hujan jenis konvektif tersebut biasanya terjadi pada siang hingga sore hari yang diawali dengan cuaca cerah pada pagi sampai siang hari.
Baca juga: Hujan di Musim Kemarau, Ini Berbagai Fenomena Atmosfer yang Menjadi Penyebabnya
Sementara, hujan menurutnya juga tetap dapat terjadi pada malam hingga dini hari jika itu akibat adanya gangguan atmosfer, seperti gelombang ekuator, sirkulasi siklonik, maupun konvergensi.
Terkait hujan di sejumlah wilayah ini Irsal menyampaikan, dari pantauan BMKG memang terdapat sejumlah faktor mengapa beberapa hari belakangan terjadi hujan.
Faktor tersebut di antaranya adalah adanya fenomena La Nina kategori lemah yang berpengaruh pada tersedianya uap air di atmosfer Indonesia.
Selain itu menurutnya, hujan yang muncul di musim kemarau saat ini juga akibat adanya fenomena Dipole.
“Fenomena Dipole Mode yang sedang signifikan dan cukup berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia bagian Barat,” ujarnya.
Baca juga: Penyebab Hujan di Musim Kemarau Sering Terjadi di Indonesia
Ia lebih jauh mengatakan bahwa skala regional, terpantau aktifnya gelombang rossby ekuatorial.
Gelombang ini dapat memicu intensifikasi pertumbuhan awan hujan dalam beberapa hari ke depan yakni meliputi area di sekitar Sumatera bagian selatan dan di sebagian besar Jawa.
Penyebab yang lain mengenai hujan di musim kemarau adalah adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di Sumatera bagian tengah dan selatan.
Serta terjadi pula di sebagian besar Jawa, Bali, sebagian Kalimantan, Sulawesi bagian tengah dan selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Faktor penyebab hujan pada musim kemarau selanjutnya yakni adanya anomali suhu muka laut.
“Anomali suhu muka laut positif di beberapa wilayah perairan Indonesia yang terpantau cukup tinggi dan dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.