Unggahan tersebut mendapat banyak komentar dan respons dari warganet di TikTok.
Salah satunya dari seseorang yang mengaku sebagai guru. Menurutnya sebelum memotong rambut murid, perlu didahului dengan peringatan.
"Sy jg seorang guru. biasanya anak2 sy ingatkn tiap hari smpe seminggu lmanya, kl g potong juga ortu nya q tlp, g potong jg br panggil tukang potong," ujar warganet.
Warganet lain mengatakan bahwa rambut anak tersebut belum terlalu panjang jika melihat dari slide foto di bagian akhir.
"Foto terakhir menunjukkan rambut aslinya sebelum dipotong. aku pikir itu masih wajar. gak gondrong2 bgt. astaghfirullah.. Kuat ya bunda. klo aq mending pindah sekolah. takutnya trauma anaknya. peluk dr jauh bunda..," ungkap komentar lainnya.
"sy guru, kalau meringatkan juga dengan ortunya, tapi alangkah baiknya anak dipotong dlu sebelum sekolh.karena memang ada aturanya bun," tulis salah satu komentar.
"disini memang gurunya Salah, tapi tidak 100% sebab, seharusnya orang tua, tau bahwa Anak TK/SD rambut Tidak Gondrong, Dan seharusnya lebih bijak," kata warganet.
@reva.juliany????????????
? suara asli - MOMPRENEUR
Terkait kejadian tersebut, apakah tindakan memotong rambut anak oleh guru berdampak pada kesehatan dan psikologis anak?
Baca juga: Video Viral Disebut Adanya Awan Panas Gunung Merapi, Ini Kata BPPTKG
Psikolog dari Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Christin Wibhowo mengatakan, anak memiliki perasaan dan dunia yang berbeda dari orang dewasa.
Dengan kata lain, anak bukan gambaran orang dewasa dalam bentuk mini.
"Jadi tidak usah kita mengatakan anak ini pasti trauma. Karena anak memiliki pandangan dan perasaannya sendiri," jelas Christin saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/8/2022).
Christin melanjutkan, saat rambut dipotong tanpa kemauan, si anak pasti akan merasa sedih.
Namun, apakah rasa sedih yang dialami anak adalah sungguhan dan akan menjadi trauma, menurutnya belum tentu.
"Anak itu berbeda dengan kita. Anak itu mudah memaafkan sebetulnya," ungkap dia.
Justru, lanjut tidaknya kesedihan si anak akan bergantung pada perasaan dan pandangan dari orangtuanya.
"Orangtuanya pasti sedih, tapi kalau setelah itu move on, anak juga akan begitu. Jadi tergantung banget sama orangtuanya," kata Christin.
Oleh karena itu, agar si anak tak menjadi trauma dan mengalami sedih berkepanjangan, orangtua harus terlebih dahulu move on atau melupakan kejadian yang telah berlalu.
"Mungkin perasaan anak sedih, tapi hanya sekejap saja sedihnya. Bagaimana perasaan anak selanjutnya, sangat dipengaruhi orangtua," tutur Christin.
Baca juga: Bayi 6 Bulan Meninggal Usai Diajak Naik Motor Tegal-Surabaya, Dokter Ungkap Kemungkinan Penyebabnya