Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara HP, Pelajar SMP di Magelang Bunuh Temannya, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 07/08/2022, 07:05 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang pelajar ditemukan meninggal dunia di perkebunan kopi di Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Kamis (4/8/2022).

Saat ditemukan, tubuh korban berinisial WS (13) yang masih duduk di bangku SMP ini penuh dengan luka.

Keterangan Kapolres Magelang AKBP Mochamad Sajarod Zakun, terduga pelaku adalah teman sekolah korban.

"Untuk sementara ini baru satu (terduga pelaku yang diamankan), yakni temannya yang mengajak keluar korban, dan yang bersangkutan juga sudah mengakui perbuatan itu," ujar Sajarod di Mapolres Magelang, dikutip dari Kompas.com, Jumat (5/8/2022).

Adapun berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, pelaku mengaku nekat menganiaya dan menghabisi nyawa korban karena takut ketahuan telah mencuri ponsel milik korban.

Baca juga: Analisis Sosial Fenomena Remaja SCBD, Apa yang Terjadi?

Lantas, mengapa seorang anak bisa nekat membunuh temannya? Bagaimana pandangan sosiolog terkait peristiwa ini?

Tersebarnya budaya kekerasan

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan, seorang anak yang membunuh menandakan telah tersebarnya budaya kekerasan pada masyarakat.

Budaya kekerasan ini, pada tingkat tinggi akan menyebabkan anak berani mengambil tindakan menghabisi nyawa orang lain.

"Budaya kekerasan ini muncul pada mereka (anak-anak) dari beberapa sumber, bisa saja dari media, termasuk juga belajar dari film-film," jelas Drajat kepada Kompas.com, Sabtu (6/8/2022).

Selain itu, imbuh Drajat, budaya kekerasan juga bisa berasal dari rumah. Misalnya, saat orang tua tidak akur dan tidak bisa menjaga konflik keluarga dari anak.

"Itu menimbulkan pemahaman pada anak bahwa kekerasan itu bisa ditolerir," tutur dia.

Baca juga: Viral, Video Kasir Indomaret di Pekanbaru Mendapat Kekerasan dari Manajer, Apa Sebabnya?


Upaya pengendalian budaya kekerasan

Ilustrasi kekerasan pada anak.Shutterstock Ilustrasi kekerasan pada anak.

Guna mengendalikan budaya kekerasan yang berkembang di masyarakat, Drajat mengatakan bisa dilakukan dengan mengambil langkah-langkah preventif.

Langkah tersebut, salah satunya dengan pendidikan serta penanaman nilai-nilai kemanusian dan adab kepada anak-anak oleh satuan pendidikan, tokoh-tokoh agama, atau pihak lain.

Selanjutnya, bisa juga melalui upaya represif dalam bentuk penegakan hukum jika telah terjadi kekerasan.

Meski demikian, Drajat menuturkan, anak yang berhadapan dengan hukum kerap kali menimbulkan kebimbangan.

"Apakah anak itu akan dihukum seperti orang dewasa atau dia harus direhabilitasi supaya masa depan dia tidak rusak," ucap Drajat melanjutkan.

Baca juga: Viral, Video 2 Oknum Prajurit TNI AU Lakukan Kekerasan ke Warga di Merauke, Ini Kata Kadispenau dan Komnas HAM

Tindakan kriminal akibat perubahan sosial

Lebih lanjut Drajat menjelaskan, kekerasan hingga tindakan pembunuhan yang dilakukan anak-anak bisa juga lantaran perubahan sosial yang tidak bisa diikuti oleh anggotanya.

Ia mencontohkan, keluarga yang tidak bisa mengikuti perubahan ekonomi masyarakat, sehingga masuk dalam golongan masyarakat miskin.

"Kalau saya melihat dari masalah HP ini kayaknya ini ada ketertinggalan itu. Jadi ada semacam deprivasi di mana anak melihat kenyataan di masyarakat semua orang sudah mempunyai HP, sementara dia belum bisa memakai atau membeli HP," ungkap Drajat.

Baca juga: Mengintip Praktik Kurikulum Tersembunyi pada Budaya Kekerasan di Sekolah...

Hingga akhirnya, si anak mencuri ponsel temannya dan melakukan pembunuhan pada korban karena takut ketahuan.

Tindakan tersebut, menurut Drajat, menyangkut perubahan sosial masyarakat.

Jika masyarakat tak bisa mengikuti, akan memunculkan pemikiran bahwa aspek material lebih penting dibanding aspek value atau nilai.

"Jadi yang penting itu punya tidaknya HP. Khawatir temannya tahu (sehingga dibunuh), maka nilai dari nyawa dan manusia itu menjadi lebih rendah daripada HP itu sendiri," ungkapnya.

Baca juga: Video Viral Kebakaran di SPBU Disebut Efek Bayar Pakai HP, Ini Kata Pertamina

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Kekerasan Berbasis Gender di Ranah Siber

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Tren
Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Tren
5 Fakta Seputar Gunung Ruang Meletus, Berpotensi Tsunami

5 Fakta Seputar Gunung Ruang Meletus, Berpotensi Tsunami

Tren
Bandara Sam Ratulangi Ditutup mulai Hari Ini akibat Erupsi Gunung Ruang

Bandara Sam Ratulangi Ditutup mulai Hari Ini akibat Erupsi Gunung Ruang

Tren
Menteri Pindah ke IKN Mulai Juli, Disusul ASN di 38 Instansi Pusat September 2024

Menteri Pindah ke IKN Mulai Juli, Disusul ASN di 38 Instansi Pusat September 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com