Oleh: Alifia Putri Yudanti
KOMPAS.com - “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” – Ir. Soekarno
Remaja adalah salah satu tonggak bagi peradaban suatu bangsa. Bahkan, salah satu tokoh nasional, Soekarno, secara terang-terangan mengungkapkan bahwa remaja mampu mengguncang dunia. Namun, harapan ini kerap berseberangan dengan fakta di lapangan.
Sebut saja fenomena klitih di Yogyakarta yang mayoritas pelakunya adalah remaja. Mereka melakukan aksi tersebut secara membabi-buta dengan menyerang siapa saja yang dilihatnya. Bukan materi yang ingin didapatkan, tetapi rasa kebanggan karena telah menyakiti orang sebagai syarat untuk diakui oleh lingkungannya.
Remaja kerap kali menjadi pelaku dan korban kekerasan. Hal ini bukan tanpa sebab karena pada masa pencarian jati diri inilah mereka mengeksplorasi berbagai hal. Oleh sebab itu, jika tak mendapat arahan yang tepat sejak dini, para remaja bisa kehilangan arah.
Ada berbagai faktor dan latar belakang mengapa remaja bisa melakukan tindak kekerasan ini. Untuk lebih memahaminya, salah satu siniar persembahan dari Medio Podcast Network, yaitu Tinggal Nama, menghadirkan serial drama audio terbaru bertajuk “AMPAS”.
Nama “AMPAS” sendiri dipilih karena, “Kisah hidup tokoh utama wanita yang mengejutkan dan menjelaskan kenapa dia jadi dirinya yang diceritakan dalam kisah tersebut,” ujar Sulyana Andikko, selaku Executive Producer dan Project Manager Medio by KG Media.
Melalui enam episode, kita akan diajak memahami bagaimana trauma masa lalu bisa membuat seseorang berlaku kriminal. Dikisahkan Bela besar dari keluarga yang kurang suportif sejak ia kecil dan kerap kali menerima perlakuan tidak mengenakan dari relasi terdekat.
Baca juga: S.K. Trimurti: Perjuangkan Hak Perempuan Lewat Tulisan
Kisah ini pun sebanding dengan fakta bahwa jumlah kejahatan terhadap kesusilaan meningkat pada 2020 menjadi 6.872 kasus. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah ini adalah yang tertinggi selama lima tahun berakhir.
Hal ini tentu semakin diperparah jika seorang anak kurang mendapat dukungan sosial. Menurut penelitian Rini (2020) dampak tersebut di antaranya sulit bergaul, muncul kecenderungan untuk melukai diri sendiri, merasa kesepian, merasa tidak berdaya, hingga akhirnya tak lagi mempercayai cinta.
Sebagai platform bercerita, siniar dipilih karena kemudahan aksesnya. Selain itu, serial “AMPAS” dalam siniar Tinggal Nama punya dua manfaat sekaligus, yaitu hiburan untuk melepas penat dan informasi secara tersirat untuk menambah wawasan akan fenomena sekitar.
Melalui drama audio, audiens seolah-olah diajak untuk mereka ulang kejadian. Selain itu, penambahan efek-efek suara latar dan dialog ilustrasi kejadian diharapkan dapat menimbulkan sensasi mencekam bagi para pendengar.
Baca juga: Latih Anak untuk Mandiri Membantunya Paham Realita
Tak hanya itu, Muhammad Kanzia Rahman dan Anna Fatinasari, selaku Producer, juga menambahkan harapannya terhadap serial ini, “Agar kita lebih memahami bahwa kenakalan remaja juga bisa dipicu oleh orangtua. Banyak dari mereka yang kurang peduli dan paham kesehatan mental anak. Inilah yang kerap memicu munculnya kekerasan dan perilaku menyimpang remaja.”
Serial ini tayang setiap Selasa dan Kamis hanya melalui siniar Tinggal Nama di Spotify. Dengan jumlah enam episode, kita akan disuguhkan berbagai lika-liku kehidupan tokoh utama melalui kisah yang berbeda di setiap episodenya.
Klik tautan berikut untuk mendengarkan episode perdana dari serial “AMPAS” https://dik.si/tn_ampas1.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.