Penggunaan flare di stadion selain bisa mengacaukan fokus pemain, juga memiliki bahaya.
Sejak lama, telah ada insiden yang merenggut korban jiwa akibat penggunaan flare.
Pada tahun 1992, Guillem Lazaro, seorang anak laki-laki Spanyol berusia 13 tahun, tewas ketika dadanya terkena flare di sebuah stadion di Barcelona
Tahun 2013, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun meninggal di Brasil karena flare yang dilemparkan ke pertandingan Corinthians.
Adapun tahun 2015, Kiper Rusia Igor Akinfeev dipukul di bagian belakang kepalanya dengan flare selama pertandingan antara Montenegro dan Rusia.
Baca juga: Jika Penonton Kembali Nyalakan Flare, GBLA Bisa Tak Lagi Dipakai untuk Piala Presiden
Dikutip dari Kompas.com, 3 Juni 2022, Indonesia bisa mendapat sanksi akibat nyala flare dalam laga kontra Vietnam.
Adanya flare yang menyala dalam laga tersebut membuat Indonesia bisa dinilai gagal dalam memenuhi tanggung jawab terkait organisasi pertandingan.
Hal itu sebagaimana diatur dalam kode disiplin dan etik AFC pasal 64 ayat 1 yang berbunyi:
Dalam kode disiplin dan etik AFC juga dijelaskan bahwa setiap perangkat pembakar atau kembang api, termasuk flare, yang menyala di tengah pertandingan bernilai masing-masing 5.000 dollar AS (setara Rp 74 juta).
Artinya, nominal 5.000 dollar itu akan dikalikan sesuai jumlah perangkat pembakar atau kembang api yang menyala.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.