Namun, tidak serta-merta mematok hasil tersebut sebagai suatu kevalidan.
"Karena kita tidak bisa menentukan, misal gambar pada tes itu berarti valid, karena enggak tahu juga itu tesnya pakai apa, karena banyak juga tes visual dan hitungan," kata dia.
"Biasanya yang dilihat yang ada tesnya itu cuma mengukur kemampuan juga, bukan sekadar minat dia," imbuhnya.
Baca juga: Minat Jadi ASN? Simak Jenis dan Alasan PNS Diberhentikan
Ia menambahkan, kegiatan seperti itu hanya dapat mengerti kemampuan anak saja.
Dari hal tersebut bakal terlihat, apakah anak lebih tertarik ke kemampuan atau pada minat dan bakat.
"Sementara, kalau minat anak tersebut bertumbuh terus, orangtua tidak bisa membatasi bahwa ketika anak berusia 3 tahun," kata Vero.
Misalnya, saat anak menyukai main mobil-mobilan tidak berarti pada usia dewasanya, si anak bakal gemar dalam hal otomotif.
"Karena mereka (orangtua) mengira minatnya seumur hidup, itu tidak mungkin," katanya lagi.
Baca juga: Sejarah Game Pac-Man, Awalnya untuk Menarik Minat Wanita
Vero menambahkan, minat akan berkembang seiring eksplorasi anak terhadap banyak hal.
Jika orangtua ingin mengetahui minat dan bakat anak, bisa dilihat sejak usia 3 tahun menggunakan finger print test.
"Kalau untuk mengukur bakatnya atau kemampuannya, sekitar 3 tahun itu bisa pakai finger print test," ucap dia.
"Tes ini bisa dilakukan misalnya adanya ekcenderungan kecerdasan anak mengarah ke musik, nanti dilihat lagi apakah benar kemampuannya menuju ke sana atau apakah ada minat anak ke sana," imbuh dia.
Baca juga: 7 Cara agar Tidak Mendengkur Saat Tidur
Vero menegaskan, sebetulnya tidak ada tes untuk melihat minat anak.
"Saya lihatnya bukan tes minat ya, mungkin kecerdasannya cenderung ke mana, dengan multiple intelegensi itu lebih ke mana, karena minat anak terus berkembang jadi jangan karena hasil dari pemetaan bakat itu dijadikan sebagai patokan mati," ujar Vero.
Hal ini dikarenakan masa eksplorasi anak belajar dan mempelajari banyak hal masih jauh.