Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi, Lika-liku Konflik Rusia-Ukraina, dan Harapan Perdamaian dari Indonesia

Kompas.com - 29/06/2022, 20:44 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB mengatakan jumlah orang yang kekurangan gizi dapat meningkat delapan hingga 13 juta orang selama tahun ini dan tahun depan.

Konflik ini juga menjadi penghambat pemulihan ekonomi global yang sebelumnya hancur akibat pandemi Covid-19.

Baca juga: 5 Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Apa Saja?

Misi perdamaian Jokowi

Saat menghadiri KTT Khusus ASEAN-AS Mei lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerukan agar perang Rusia-Ukraina segera dihentikan.

Sebab, perang di Ukraina telah menciptakan tragedi kemanusiaan dan perburukan ekonomi global.

"Perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali menghentikan perang sekarang juga," ujar Jokowi dalam pidatonya.

"Setiap negara, setiap pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menciptakan enabling environment agar perang dapat dihentikan, perdamaian dapat terwujud," tegasnya.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina, Kenaikan Harga Pangan Global, dan Ancaman Kelaparan Dunia

Hari ini, Rabu (29/6/2022), Presiden Joko Widodo membuktikan komitmennya untuk menghentikan konflik Rusia-Ukraina.

Ia telah tiba di Kyiv untuk menemui Zelenskyy dalam misi perdamaian guna mencari solusi konflik.

Tak hanya menemui Zelenskyy, Jokowi juga dijadwalkan akan bertemu dengan Putin untuk misi yang sama.

Baca juga: Mengapa Rusia Menyerang Ukraina dan Apa yang Diincar Putin?

Dukungan dan apresiasi langkah Jokowi

Presiden Indonesia Joko Widodo saat berpidato di Istana Presiden Bogor, 29 April 2022. Jokowi ke Rusia dan Ukraina setelah menghadiri KTT G7 di Jerman pada 26-27 Juni 2022. Saat Jokowi ke Ukraina, Paspampres menyiapkan perlengkapan keamanan seperti helm, rompi, hingga senjata laras panjang.ISTANA PRESIDEN via AFP Presiden Indonesia Joko Widodo saat berpidato di Istana Presiden Bogor, 29 April 2022. Jokowi ke Rusia dan Ukraina setelah menghadiri KTT G7 di Jerman pada 26-27 Juni 2022. Saat Jokowi ke Ukraina, Paspampres menyiapkan perlengkapan keamanan seperti helm, rompi, hingga senjata laras panjang.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana pun mengapresiasi langkah Jokowi.

Menurutnya, Jokowi dapat mengupayakan kesepakatan senjata guna mencegah terjadinya tragedi kemanusiaan dan ancaman krisis pangan lebih besar.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia diharapkan dapat selalu menjaga ketertiban dunia.

Kunjungan Jokowi kali ini pun merupakan bagian dari penegakkan prinsip politik luar negeri bebas aktif yang dianut Indonesia.

"Indonesia tidak berpihak kepada Ukraina maupun Rusia sehingga tidak memberi bantuan senjata kepada Ukraina maupun memberi dukungan kepada Rusia atas operasi militer khususnya," kata Hikmahanto, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (27/6/2022).

Baca juga: Mengapa Respons Dunia terhadap Konflik Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel Berbeda?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Data Kerugian Konflik Rusia-Ukraina per 24 Februari 2022-24 Maret 2022

(Sumber: Kompas.com/Nur Romi Aida, Ahmad Naufal DzulfarohDian Erika Nugraheny | Editor: Dani Prabowo, Sari Hardiyanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com