Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Sri Lanka, Ini Negara yang Pernah Nyatakan Bangkrut

Kompas.com - 25/06/2022, 16:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Pemerintah Argentina pun mengajukan pinjaman sebesar 56,3 miliar dolar AS ke Dana Moneter Internasional (IMF) pada 2018.

Sayangnya, negara ini kembali mengungkapkan tak dapat membayar utang karena tak memiliki dana.

Adapun, ekonomi Argentina tahun lalu naik menjadi 10,3 persen setelah sempat anjlok 9,9 persen pada 2020 karena pandemi Covid-19.

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut karena Gagal Bayar Utang, Bisakah Terjadi pada Indonesia?

3. Venezuela

Diberitakan Kompas.com, pada 2017, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan bahwa negaranya tak akan mengalami kebangkrutan.

Saat itu, Venezuela tercatat memiliki utang sebesar 150 miliar dolar AS kepada beberapa negara seperti China dan Rusia.

Negara di kawasan Amerika Selatan ini pun meminta restrukturisasi terhadap pembayaran utang kepada China dan Rusia.

Adapun menurut laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 2019, 94 persen rakyat Venezuela hidup dalam garis kemiskinan.

4. Ekuador

Dilansir dari laman CADTM, Ekuador menolak membayar utang pada 2008 silam kepada Amerika Serikat.

Kala itu, negara di Amerika Selatan ini sebenarnya mampu membayar utang senilai 10 miliar dolar AS.

Namun, pemerintah menganggap utang dari hedge fund atau dana lindung asal AS ini tak bermoral.

Pemerintah juga mengklaim, utang negara di masa lalu ini disebabkan oleh korupsi yang dilakukan pemerintahan sebelumnya.

Adapun catatan IMF, pada kuartal IV 2021, ekonomi Ekuador masih terus tumbuh mencapai 4,9 persen.

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, Presiden Tunjuk Raja Kasino jadi Menteri Investasi

5. Zimbabwe

Dilansir dari CADTM, pada 2008, Zimbabwe mengalami krisis ekonomi dan terlilit utang luar negeri hingga 5,255 miliar dolar AS.

Negara ini juga mengalami hiperinflasi dan menciptakan rekor inflasi tertinggi di dunia.

Per Mei 2009, Zimbabwe berutang kepada IMF sebesar 138 juta dolar AS dan Bank Dunia sebesar 678 juta dolar AS.

Masih tahun yang sama, negara di kawasan Afrika ini bahkan berhenti mencetak mata uangnya dan memutuskan menggunakan dolar AS pada akhir 2015.

Pada Mei 2022, negara ini kembali mengalami hiperinflasi mencapai 131,7 persen atau naik 96,4 persen dari April lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com