Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/06/2022, 13:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kasus harian Covid-19 di Indonesia belakangan menunjukkan peningkatan kembali.

Pada Selasa (14/6/2022), tercatat kasus mencapai 930 kasus dalam 24 jam terakhir, mendekati angka 1.000.

Indonesia melaporkan kasus harian tinggi terakhir pada 13 April 2022 di mana kasus sebanyak 1.551 kasus.

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 pun sudah memberikan peringatan adanya kenaikan ini.

Apa penyebabnya dan bagaimana respons epidemiolog terkait lonjakan kasus Covid-19 kembali ini?

Baca juga: Kasus Harian Covid-19 Indonesia Hampir 1.000, Tertinggi dalam 2 Bulan!

Peringatan Satgas

Terhadap adanya peningkatan kasus yang belakangan terjadi, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sebelumnya telah memperingatkan adanya kenaikan sejak Rabu (8/6/2022) lalu.

Saat itu, kasus harian bertambah menjadi 571 kasus, naik 31 persen dibanding 22 Mei 2022.

“Penting untuk diwaspadai mengingat selama lebih kurang tiga bulan berturut-turut sejak gelombang Omicron kita berhasil mempertahankan kasus agar tetap stabil," ujarnya, dikutip dari Kompas.com, 9 Juni 2022.

Menurutnya salah satu penyebab kenaikan kasus adalah aktivitas masyarakat yang telah kembali normal.

Oleh karena itu Ia mengingatkan agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan karena virus corona masih ada dan belum berakhir.

Ia juga menyarankan agar masyarakat melakukan vaksinasi dosis ketiga.

Baca juga: Penyebab Melonjaknya Kasus Covid-19 di Indonesia

Penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia

Dikutip dari Kompas.com, Rabu (15/6/2022), Wiku menyampaikan, meski penyebab pasti kenaikan kasus Indonesia belum dipastikan, tetapi ada beberapa potensi penyebab yang bisa diidentifikasi.

Potensi penyebab lonjakan tersebut, yakni:

  • Pertama, mobilitas penduduk yang terus mengalami kenaikan jika dibandingkan sepanjang 2021.
  • Kedua, aktivitas-aktivitas masyarakat yang sudah kembali normal di tempat publik dan kegiatan-kegiatan berskala besar yang dihadiri oleh banyak orang.
  • Ketiga, kedisiplinan dalam penerapan protokol kesehatan yang mulai terlihat longgar di tengah masyarakat seiring dengan melandainya kasus.

Sementara itu, epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, keberadaan subvarian Omricon BA.4 dan BA.5 kemungkinan berkontribusi atas kenaikan kasus Covid-19 belakangan.

"Untuk kehadiran BA.4 dan BA.5, potensi adanya gelombang itu ada. Bedanya, gelombang yang timbul saat ini adalah gelombang yang tidak serta merta bareng antara kasus infeksi, kasus kesakitan, dan kematian. Jadi tidak paralel," kata Dicky, dikutip dari Kompas.com, Minggu (12/6/2022).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tentara Israel Keracunan Makanan, Alami Diare Parah dan Demam Tinggi

Tentara Israel Keracunan Makanan, Alami Diare Parah dan Demam Tinggi

Tren
Ini Alasan KAI Akan Ubah KA Feeder Kereta Cepat Whoosh Jadi KRL

Ini Alasan KAI Akan Ubah KA Feeder Kereta Cepat Whoosh Jadi KRL

Tren
Taylor Swift Jadi Person of The Year 2023, Ungguli Xi Jinping, Putin, dan Raja Charles III

Taylor Swift Jadi Person of The Year 2023, Ungguli Xi Jinping, Putin, dan Raja Charles III

Tren
Sosok Ayah yang Diduga Jadi Pelaku Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

Sosok Ayah yang Diduga Jadi Pelaku Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

Tren
Penjelasan PVMBG soal Cahaya Oranye yang Terlihat di Gunung Marapi pada Rabu Malam

Penjelasan PVMBG soal Cahaya Oranye yang Terlihat di Gunung Marapi pada Rabu Malam

Tren
Daftar Lengkap 23 Nama Korban Tewas Letusan Gunung Marapi, Salah Satunya Anggota Polisi

Daftar Lengkap 23 Nama Korban Tewas Letusan Gunung Marapi, Salah Satunya Anggota Polisi

Tren
Budaya Sehat Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO 2023

Budaya Sehat Jamu Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO 2023

Tren
Ketahui, Ini Kriteria Rumah Rawan Tersambar Petir Menurut Pakar ITB

Ketahui, Ini Kriteria Rumah Rawan Tersambar Petir Menurut Pakar ITB

Tren
5 Fakta Kasus Penemuan 4 Anak Tewas di Jagakarsa, Berawal dari Warga Cium Bau Busuk

5 Fakta Kasus Penemuan 4 Anak Tewas di Jagakarsa, Berawal dari Warga Cium Bau Busuk

Tren
Update Kasus 'Mycoplasma Pneumoniae' di Indonesia, Penyebaran, dan Keparahannya

Update Kasus "Mycoplasma Pneumoniae" di Indonesia, Penyebaran, dan Keparahannya

Tren
Profil Ignasius Jonan, Sosok yang Disebut Anies Akan Dilibatkan Lagi dalam Pembangunan Transportasi Kereta Api

Profil Ignasius Jonan, Sosok yang Disebut Anies Akan Dilibatkan Lagi dalam Pembangunan Transportasi Kereta Api

Tren
Apa Perbedaan Antibodi dan Antigen? Berikut Penjelasannya

Apa Perbedaan Antibodi dan Antigen? Berikut Penjelasannya

Tren
Efek Minum Susu, Mengobati atau Justru Memperparah Asam Lambung?

Efek Minum Susu, Mengobati atau Justru Memperparah Asam Lambung?

Tren
Pendaki Terakhir yang Hilang Ditemukan, Operasi SAR Gunung Marapi Ditutup

Pendaki Terakhir yang Hilang Ditemukan, Operasi SAR Gunung Marapi Ditutup

Tren
Pengendara Buang Sampah di Jalan Raya Bisa Kena Sanksi Denda dan Pidana, Ini Aturannya

Pengendara Buang Sampah di Jalan Raya Bisa Kena Sanksi Denda dan Pidana, Ini Aturannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com