Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan.

Pembunuhan Karakter Togog

Kompas.com - 10/06/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANYAK versi kisah tentang asal muasal seorang tokoh pewayangan bernama Togog maka terpaksa saya harus memilih versi mana yang akan saya kisahkan di dalam naskah sederhana ini.

Versi yang saya pilih adalah yang paling saya suka, yaitu yang dikisahkan oleh Ardisoma pada bagian awal serial komik legendaris Wayang Purwa dengan cover adegan Batara Guru menaklukan lembu Nandini.

Menurut Wayang Purwa versi Ardisoma, Togog semula adalah Batara Antaboga yang kemudian berubah bentuk menjadi manusia bermata besar dan bermulut besar akibat bertempur melawan adiknya, yaitu Batara Ismaya yang kemudian berubah bentuk menjadi manusia berperut dan berbokong besar dalam perebutan tahta kekuasaan tertinggi Swargaloka.

Pertempuran Antagona versus Ismaya mubazir sebab akhirnya tahta Jongringsalaka malah diserahkan kepada Batara Manikmaya yang kemudian menjadi Batara Guru yang bertangan empat, berkaki kecil, berleher biru serta bergigi taring.

Togog dan Semar ditugaskan untuk turun ke marcapada untuk mendampingi para manusia menempuh perjalanan hidup di planet bumi.

Akibat pembagian tugas itu maka Togog mengalami kerusakan reputasi sebagai pendamping para manusia yang dianggap berperilaku buruk seperti Kurawa.

Sementara Semar memperoleh citra baik sebab mendampingi para manusia yang dianggap berperilaku baik seperti Pandawa.

Pembunuhan karakter terhadap Togog diperparah oleh para dalang yang sengaja mau pun tidak sengaja gemar menampilkan Togog sebagai tokoh dengan ciri-ciri orang jahat karena berada di pihak orang-orang jahat seperti Kurawa dalam Mahabharata atau Rahwana dalam Ramayana versi India yang beda konstelasi protagonis-antagonis dari Rahwanayana versi Srilanka.

Sebenarnya kasihan Togog dipaksa menjadi korban stigmasisasi pembunuhan karakter. Padahal tugas Togog turun ke marcapada demi mendampingi Kurawa yang memang jelas jauh lebih berat ketimbang tugas Semar mendampingi Pandawa.

Secara kuantitas anggapan bahwa Togog gagal menasehati Kurawa untuk menjadi orang baik dapat dimengerti sebab jumlah Kurawa yang harus dinasehati adalah seratus orang berarti dua puluh kali lipat jauh lebih banyak ketimbang Pandawa yang cuma lima orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+