Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Corona di Indonesia Naik Lagi, Ini Peringatan Satgas Covid-19

Kompas.com - 09/06/2022, 13:30 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami tren peningkatan sebesar 31 persen selama tiga pekan terakhir.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, peningkatan ini melebihi kasus yang terjadi pada 22 Mei 2022.

"Jika dilihat pada grafik kasus positif Covid-19 mingguan, terjadi kenaikan 571 atau 31 persen dari kasus tanggal 22 Mei 2022, yaitu dari 1.814 menjadi 2.385 kasus mingguan," kata Wiku saat konferensi pers di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (8/6/2022).

Baca juga: Update Corona: Kasus Covid-19 di Indonesia Kembali Naik

Peringatan Satgas Covid-19

Selain itu, juga terjadi peningkatan kasus aktif Covid-19 dalam empat hari terakhir sebesar 328 kasus atau 10 persen dari kasus harian pada 2 Juni 2022, yakni 3.105 menjadi 3.433 kasus.

"Hal ini penting untuk diwaspadai mengingat selama lebih kurang tiga bulan berturut-turut sejak gelombang Omicron kita berhasil mempertahankan kasus agar tetap stabil," ujarnya.

Meskipun begitu, jumlah kenaikan pada kasus tersebut tidak diikuti dengan tren kenaikan tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit.

Tren jumlah kematian mingguan akibat Covid-19 juga hingga kini masih terus mengalami penurunan.

Provinsi dengan kasus aktif tertinggi

Wiku mengatakan, terdapat lima provinsi yang menyumbang kasus aktif Covid-19 tertinggi selama sepekan terakhir.

Berikut ini data kasus aktif di kelima provinsi tersebut pada 29 Mei hingga 5 Juni 2022:

  1. DKI Jakarta: dari 923 naik menjadi 1.204 kasus atau sekitar 30 persen.
  2. Banten: dari 236 naik menjadi 326 kasus atau sekitar 38 persen.
  3. Jawa Barat: dari 443 naik menjadi 524 kasus atau sekitar 38 persen.
  4. Daerah Istimewa Yogyaarta: dari 118 naik menjadi 172 kasus atau sekitar 38 persen.
  5. Jawa Timur: dari 110 naik menjadi 151 kasus atau sekitar 38 persen.

Baca juga: Borobudur Jangan Sampai Jadi Tempat Wisata Eksklusif Orang Berduit

 

Pemicu peningkatan jumlah kasus

Dari data yang dikemukakan, semua provinsi yang mengalami kenaikan kasus Covid-19 berada di Pulau Jawa yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia.

Wiku mengungkapkan, jumlah kenaikan kasus aktif Covid-19 salah satunya dipicu oleh aktivitas masyarakat yang saat ini sudah kembali normal.

"Kelima provinsi berasal dari Pulau Jawa, hal ini sejalan dengan penduduk Indonesia yang terpusat di Pulau Jawa dan aktivitas masyarakat yang saat ini sudah kembali normal bisa menjadi salah satu pemicu kenaikan kasus aktif," ungkapnya.

Meskipun mengalami kenaikan jumlah kasus aktif Covid-19, lima provinsi tersebut masih cenderung mengalami penurunan angka kematian dan terjaganya persentase BOR.

Masyarakat diminta untuk tetap menerapkan protokol kesehatan karena virus corona masih ada dan pandemi belum berakhir.

Selain itu, disarankan untuk segera melakukan vaksinasi dosis ketiga agar dapat meningkatkan imunitas

"Dengan disiplin memakai masker dan rajin mencuci tangan akan sangat membantu kita terhindar dari penularan," jelas Wiku.

Epidemiolog: Mayoritas penduduk belum booster

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia bukan sesuatu yang aneh.

Peningkatan tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, seperti penurunan proteksi imunitas, potensi terinfeksi kembali, dan masih banyak lagi.

"Mayoritas penduduk kita belum di-booster itu yang membuat kasus-kasus ini bisa terjadi," kata Dicky kepada Kompas.com, Kamis (9/6/2022).

Dicky menyebutkan, vaksinasi dosis ketiga atau booster penting dilakukan oleh masyarakat.

Perilaku kesehatan yang sehat

Selain itu, Dicky juga menegaskan bahwa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) harus tetap dilakukan selama pandemi Covid-19 masih berlangsung.

Meskipun peraturannya tidak begitu ketat dengan adanya pelonggaran dan penyesuaian seiring perbaikan indikator.

Pemerintah diharapkan untuk membangun literasi publik mengenai perilaku sehat pada saat masa transisi dari pandemi menuju endemi atau sewaktu pandemi sudah terkendali.

"Sehingga, mereka pada saat pandemi dicabut otomatis PPKM-nya sudah tidak ada, masyarakat sudah siap dengan perilaku kesehatan yang jauh lebih baik," ucapnya.

Perilaku kesehatan yang lebih sehat juga akan menghindarkan masyarakat dari berbagai ancaman dari wabah lain di kemudian hari.

Baca juga: Daftar Lengkap Daerah PPKM di Seluruh Indonesia hingga 4 Juli 2022

 

Sulit hilang

Kecenderungan Covid-19 menjadi penyakit yang sifatnya endemik atau terus ada di berbagai wilayah di dunia sangat besar.

Selain itu, peluang Covid-19 untuk menjadi penyakit yang benar-benar hilang juga sulit.

Dicky menjelaskan, proteksi imunitas Covid-19 pada manusia akibat vaksin juga dapat mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu.

"Kalau dua dosis masih di kisaran enam bulan atau empat bulan, setelah itu menurun. Tapi setelah tiga dosis ini, kemungkinan dengan booster lagi dosis keempat kemudian bisa lebih lama," ujarnya.

Namun, hingga saat ini, tingkat vaksinasi dosis ketiga di Indonesia masih di bawah 50 persen.

Selain itu, masyarakat Indonesia yang pernah terinfeksi juga masih berpeluang untuk kembali terinfeksi Covid-19 akibat turunan dari Omicron yang lebih cepat menular.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Tren
Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Tren
10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com