"Radikal atau ekstrem ciri-cirinya biasanya mengkafirkan mereka yang berbeda, tidak hanya beda agama, tapi beda kelompok, beda paham, bahkan sesama agama pun dikafir-kafirkan," ujarnya.
Radikalisme merupakan fase menuju terorisme, hal ini disebabkan karena radikalisme adalah paham yang menjiwai semua aksi terorisme.
Oleh karena itu, Nurwakhid mengajak semua pihak khususnya kaum perempuan sebagai saka guru bangsa untuk mampu membentengi keluar, lingkungan, dan masyarakat dari paham radikal.
"Membentengi dari paham-paham asing yang bisa merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Di samping itu memperkuat kecintaan terhadap Tanah Air dan ideologi bangsa yaitu Pancasila," jelasnya.
Dikutip dari Kompas.com (27/5/2022), baru-baru ini Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah menangkap mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berinisial IA.
Dia ditangkap karena diduga menggalang dana untuk kelompok teroris Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Nurwakhid mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dan selektif dalam berinfak, karena niat baik masyarakat dapat disalahgunakan untuk pembiayaan terorisme.
"Indonesia dalam survei dikenal dengan tingkat kedermawanan yang sangat tinggi yang potensial dimanfaatkan oleh kelompok jaringan terorisme untuk dieksploitasi dan disalahgunakan," ujar Nurwakhid
Pendanaan dalam terorisme tidak dapat diabaikan, hal ini disebabkan para teroris mengumpulkan donasi dengan kedok aksi kemanusiaan.
"Juga memanfaatkan teknologi digital melalui penyebaran di medsos berkedok donasi sosial dan aksi kemanusiaan," imbuh Nurwakhid.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.