REVOLUSI teknologi metaverse sudah bergerak, perlahan tapi pasti. Walaupun kata ‘metaverse’ hingga saat ini masih belum ada di Merriam-Webster Dictionary atau Oxford Dictionary, namun penyebutannya di kalangan dunia usaha semakin populer.
Metaverse adalah masa depan, ia akan menjadi ruang hidup kedua, dari ruang hidup yang ada saat ini.
Kita bisa berpindah dari ruang hidup yang satu ke ruang hidup yang lain dengan mudah, tinggal mengenakan perangkat berbentuk kacamata besar bermuatan teknologi VR (virtual reality - realitas maya) dan augmented reality (realitas bertambah).
Setelah masuk ke dunia maya, kita berubah penampilan menjadi avatar, dan melakukan banyak hal, seperti bekerja, berdiskusi, bermain, menonton konser, dan lain-lain.
Semua dilakukan sambil berdiri, duduk, berjalan, atau rebahan di dunia nyata.
Kita bisa membeli lahan di tengah kota atau di pinggir danau, dan menyewakannya kepada avatar lain yang berminat.
Semua difasilitasi oleh pengelola platform metaverse, yang semakin banyak didirikan oleh perusahaan raksasa seperti Facebook, Microsoft, dan Walt Disney.
Penyelenggara metaverse menginvestasikan modal untuk membangun dunia maya, agar pengunjung bisa immersed/‘nyemplung’ ke dalamnya, dan beraktivitas dengan membeli, menyewa, atau membayar karcis.
Kreativitas digenjot untuk mendatangkan keuntungan. Yang sebelumnya terjadi di dunia nyata, sekarang juga dapat terjadi di dunia maya.
Sebagai ilustrasi, di suatu dunia maya kita bisa mencoba baju-baju yang dipajang di butik maya sepuasnya, lalu membelinya untuk dipakai di suatu acara, sebutlah resepsi pernikahan sahabat kita.
Akad nikah dan upacara adat hingga pemberian ucapan selamat kepada kedua mempelai dilakukan mirip dengan yang terjadi di dunia nyata.
Pulang kondangan dan kembali ke dunia nyata kita merasa senang telah menghadiri hajatan kenalan atau famili.
Dalam metaverse, orang tidak hanya bisa menggunakan akal, namun juga bisa merasakan emosi, seperti gembira, takut, sedih, terharu, dan sebagainya.
Belum lama ini terdengar kisah seorang perempuan yang masuk ke dunia maya lalu ketika sedang berjalan-jalan santai tiba-tiba didatangi beberapa laki-laki yang akan berbuat cabul kepadanya.
Perempuan itu shock dan melaporkan kejadian di dunia maya kepada penyelenggara metaverse yang bersangkutan.