Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selamat Mudik, Rakyat Indonesia!

Kompas.com - 29/04/2022, 10:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran adalah momen yang paling dinanti oleh sebagian besar rakyat Indonesia.

Bagi para pedagang, Lebaran memberi berkah tersendiri dengan meningkatnya omset penjualan dagangan mereka.

Sementara para perantau, menganggap Lebaran adalah momen yang cocok untuk berkumpul bersama keluarga dan kawan lama setelah lama tak bersua. Melepas lelah, juga rindu.

Momen Lebaran selalu terasa istimewa. Apalagi Lebaran kali ini, di mana situasi pandemi Covid-19 di Indonesia sudah semakin terkendali.

Seperti diketahui, pemerintah melarang masyarakat untuk mudik lebaran selama dua tahun sebelumnya akibat Covid-19.

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Judul novel Eka Kurniawan inilah yang mungkin paling bisa menggambarkan semangat mudik masyarakat Indonesia di tahun 2022 ini.

Tak heran, berbagai strategi pun disiapkan oleh pihak kepolisian dan pemerintah untuk mengantisipasi luapan arus mudik tahun ini yang disinyalir akan besar-besaran.

Berbicara mengenai mudik, tradisi ini sebenarnya sudah ada sejak era Majapahit.

Baca juga: Bazar Mudik Lebaran 2022 Digelar di Rest Area 39A pada 28-30 April

Sejarah mudik

Wilayah kekuasaan Majapahit yang begitu luas mengharuskan kerajaan untuk menempatkan pejabat-pejabatnya hingga ke Sri Lanka dan Semenanjung Malaya.

Sampai pada suatu ketika, pejabat-pejabat itu akan kembali ke pusat kerajaan untuk menghadap raja dan mengunjungi kampung halaman.

"Selain berawal dari Majapahit, mudik juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan. Terutama mereka balik menghadap Raja pada Idul Fitri," kata Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Akan tetapi, istilah "mudik" baru populer sekitar 1970-an. Kata ini menjadi sebutan untuk perantau yang pulang ke kampung halamannya.

Dalam bahasa Jawa, masyarakat mengartikan mudik sebagai akronim dari "mulih dhisik" yang berarti "pulang dulu".

Sementara, masyarakat Betawi mengartikan mudik sebagai kembali ke udik. Dalam bahasa Betawi, udik berarti kampung. Akhirnya, secara bahasa mengalami penyederhanaan kata dari "udik" menjadi "mudik".

Baca juga: Lusa Sidang Isbat Penentuan Lebaran 2022, Ini Jadwal dan Link Streamingnya

Dalam penjelasan lain, Wikipediawan sekaligus Direktur Utama Narabahasa, Ivan Lanin, mengatakan asal-usul kata ini sudah ada sekitar tahun 1390.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com