Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Mengharap Para Dokter Bersatu dalam Berkarya

Kompas.com - 09/04/2022, 16:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Prof DR Zainal Muttaqin menulis sebuah naskah yang dimuat Ceknricek.com edisi 6 April 2022 dengan judul cukup berdaya klik-baitawiah “TESTIMONY BASED MEDICINE ALA TERAWAN PEMBODOHAN MASYARAKAT”.

Semula saya merasa tidak memiliki kepentingan dengan naskah yang semula saya anggap urusan internal IDI.

Namun setelah saya baca isi naskah secara lebih cermat ternyata pada bagian akhir naskah tersebut tertulis untaian kalimat merambah ke luar dari urusan internal IDI sebagai berikut:

Sekali lagi, tindakan brain wash Terawan ini menjadi diminati oleh banyak pejabat dan tokoh masyarakat bukan kerena bukti-bukti ilmiah empiris, melainkan karena cerita/ testimoni/ pengalaman pribadi dari tokoh-tokoh seperti Dahlan Iskan, Machfud MD.,Yusril Ihza dan lainnya.

Jadi, masyarakat/rakyat kita sengaja dididik untuk percaya bukan pada sains, melainkan percaya pada testimoni ala klinik Tong Fang. Kalau bicara tentang Testimony Based Medicine, Terawan dengan 40.000 pasien, ‘rating ‘nya masih jauh di bawah Ponari yang dengan batu akik nya bisa menyembuhkan lebih dari 45,000 pasien.

Akankah kita sebagai manusia dan sebagai bangsa yang masih memiliki akal sehat ini akan berdiam diri di saat banyak petinggi negeri, khususnya di DPR, yang terus membodohi rakyat banyak dengan Testimony Based Medicine.

Lawan dari Testimony Based Medicine adalah Evidence Based Medicine (EBM) yang menjadi landasan pokok bekerjanya seorang dokter dan dipakai di seluruh dunia kedokteran dan sains/ ilmu pengetahuan alam.

Seorang dokter disebut professional apabila menerapkan EBM, tanpa EBM maka dokter akan sama dengan dukun, dan kepatuhan dalam menjalankan EBM inilah yang menjadi landasan Majlis Kode Etik Kedokteran (MKEK-IDI) untuk menjatuhkan sanksi etik kepada Terawan, bukan karena alasan kebencian kelompok atau lainnya.

Pembodohan secara masal ini menjadi semakin sempurna tatkala masyarakat justru terbeli oleh narasi dan jargon Nasionalisme dan karya anak bangsa yang diteriakkan oleh Terawan dan kawan-kawan. Jadilah kubu yang menolak ‘inovasi’ Terawan (BPOM, Satgas Covid-19, dan para ilmuwan, dokter dan masyarakat yang mengkritik) dianggap sebagai kelompok yang tidak cinta tanah air dan menghalangi kemajuan anak bangsa.

Sempurnalah paradoks yang dibangun oleh Terawan dan para pendukungnya yang juga anti sains dalam upaya pembodohan massal bagi bangsa ini.

Syukur Alhamdullilah akibat saya bukan tokoh, maka nama saya tidak disebut di dalam naskah yang menuduh Prof Dr Terawan melakukan pembohongan massal bagi bangsa Indonesia.

Namun saya termasuk warga Indonesia yang de facto mengonsumsi terapi cuci otak mau pun vaksin nusantara, termasuk saya juga sedemikian bodoh membuat testimoni mendukung, padahal saya tahu bahwa kedua metode Prof Terawan belum tulus uji klinis.

Dengan segenap kebodohan yang saya miliki mohon dimaafkan bahwa memang saya percaya kepada pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Prof Terawan secara memuaskan bagi saya.

Minimal terbukti pada saat menulis naskah ini saya masih sehat walafiat dan segar bugar berkat di samping memperoleh perawatan cuci otak yang belum terbukti secara ilmiah, kebetulan saya juga rutin minum jamu yang juga belum terbukti secara ilmiah.

Saya tidak keberatan dibilang bodoh akibat sadar saya memang bodoh. Namun sebagai konsumen yang mohon dimaafkan percaya terapi Prof Terawan, saya sungguh amat sangat
keberatan dituduh melakukan pembodohan masyarakat melalui testimoni yang saya buat secara tulus dan sukarela tanpa ada paksaan, apalagi bayaran dari pihak mana pun juga.

Silakan anggap testimoni saya omong kosong, namun jangan tuduh saya membodohi masyarakat!

Tuduhan membodohkan masyarakat pada hakikatnya setara kejam dengan tuduhan menipu masyarakat, maka saya sungguh keberatan.

Tuduhan semacam itu merupakan pencemaran nama saya yang sudah tidak terlalu baik makin menjadi tidak baik.

Besar harapan saya sebagai rakyat Indonesia bahwa para dokter bukan pendukung Prof Terawan sesuai Pancasila berkenan bermusyawarah-mufakat dengan Prof Terawan agar alih-alih saling tuduh-menuduh, para dokter Indonesia berkenan bersatu padu demi bergotong-royong mempersembahkan karsa dan karya terbaik bagi bangsa, negara dan rakyat Indonesia. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com