KOMPAS.com - Perubahan bentuk Bulan terjadi berdasarkan posisi Bulan di orbitnya terhadap Bumi dan posisi Bumi di orbitnya terhadap Matahari.
Posisi ini membuat bulan mengalami 4 fase utama, yaitu bulan baru, kuartal pertama, bulan purnama, dan kuartal ketiga.
Selain 4 fase tersebut, Bulan juga mengalami 4 fase lainnya. Sehingga, total terdapat 8 fase Bulan.
Baca juga: 5 Fakta Mengejutkan dari Planet-planet di Tata Surya
Dilansir dari Space, berikut fase-fase bulan:
Bulan berada di antara Bumi dan Matahari. Sisi Bulan yang menghadap ke arah Bumi tidak menerima sinar matahari langsung. Sehingga, manusia tidak bisa melihat Bulan Baru.
Fase kedua adalah Bulan sabit awal atau waxing crescent. Ini adalah saat Bulan mulai mendapat sinar matahari langsung sehingga terlihat sedikit bagian kanannya.
Kuartal pertama adalah fase dimana setengah bagian sisi kanan Bulan terlihat bersinar. Posisi Bulan pada fase ini berada 90 derajat dari Matahari sehingga setengah permukaannya yang menghadap ke Bumi terlihat. Disebut kuartal pertama karena posisi ini seperempat jalan sejak bulan baru.
Fase Cembung awal disebut juga waxing gibbous. Area yang terlihat terus meningkat.
Manusia di Bumi bisa melihat lebih dari separuh wajah bulan sebelah kanan yang terkena sinar matahari. Hanya sebagian kecil permukaan sebelah kiri yang gelap.
Baca juga: 8 Fakta Unik Planet Uranus, Punya Cincin dan Memiliki Suhu Terdingin
Saat Bulan Purnama, Bulan berjarak 180 derajat dari Matahari. Matahari, Bumi, dan Bulan sejajar. Namun karena orbit Bulan tidak persis sama dengan orbit Bumi, maka jarang membentuk garis yang sempurna dan Bulan masih bisa terlihat.
Saat orbit Bulan berada tepat satu garis lurus dengan Bumi dan Matahari, terjadi fenomena gerhana bulan.
Fase ini juga disebut Waning gibbous. Mulai dari fase ini cembung akhir, penampakan Bulan tampak terbalik dari fase-fase sebelumnya.
Kali ini, sebagian besar permukaan kiri Bulan tampak bersinar. Hanya sebagian kecil bagian kanan yang gelap.
Bulan telah berpindah seperempat perjalanan mengelilingi Bumi, ke posisi kuartal ketiga. Cahaya matahari kini menyinari separuh wajah Bulan yang terlihat.
Kurang dari separuh wajah bulan yang tampak mendapatkan sinar matahari, dan jumlahnya semakin berkurang. Hanya sebagian kecil Bulan sebelah kiri yang terlihat. Fase ini disebut juga dengan waning crescent.
Setelah itu, Bulan kembali ke posisi awal yaitu Bulan Baru.
Baca juga: Fakta-fakta 5 Planet Kerdil di Tata Surya Termasuk Pluto
Dilansir laman BMKG, Bulan saat di perige maupun apoge tidak selalu dalam fase yang sama.
Sebagai contoh adalah saat dua posisi Bulan yang paling dekat dari Bumi pada tahun 2022.
Pada 13 Juli 2022 pukul 16.07 WIB, Bulan berada pada posisi terdekatnya dari Bumi dengan jarak 357.263 km dan 9 jam 30 menit kemudian Bulan berada pada fase purnama.
Sementara itu, pada 24 Desember 2022 pukul 15.32 WIB, Bulan berada di perige dengan jarak sejauh 358.270 km setelah 22 jam 16 menit sebelumnya Bulan dalam fase bulan baru.
Hal yang mirip berlaku juga saat Bulan berada di apoge.
Pada 29 Juni 2022 pukul 13.08 WIB, Bulan berada di apoge sejauh 406.576 km dan sebelumnya pada pukul 09.52 WIB, Bulan berada pada fase bulan baru.
Bulan purnama perige atau yang lebih dikenal sebagai supermoon pada 2022 ini terjadi pada 14 Juni 2022, 14 Juli 2022, dan 21 Agustus 2022 dengan ukuran semi-diameter Bulan lebih dari 16’ 30”.
Berikut ini tanggal terjadinya fase Bulan Baru:
Berikut ini jadwal fase setengah purnama awal:
Baca juga: 7 Fenomena Langit yang Akan Terjadi Saat Ramadhan 2022
Ini waktu terjadinya fase purnama selama 2022:
Kemudian ini fase setengah purnama akhir:
Berikut ini Bulan saat di Perige:
Ini jadwal Bulan saat di Apoge:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.