Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Prabowo dan Pelajaran Kegigihan di Lima Kali Pemilu Presiden

Kompas.com - 23/02/2022, 13:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan.

Bersamaan dengan makin tingginya kasus positif harian, kita mendapati makin banyak dan makin cepatnya teman, saudara, dan anggota keluarga yang pulih.

Beberapa teman dan saudara saya, perlu waktu 5-12 hari untuk negatif setelah dinyatakan positif Covid-19.

Kabar baik tentunya jika dibandingkan saat varian Delta memuncak pada medio 2021. Saat itu, dibutuhkan minimal 14 hari bagi pasien untuk negatif dan sembuh.

Karena kabar baik ini, meskipun kasus positif harian lebih tinggi dari puncak saat varian Delta, Juli 2021, kita tidak dalam perasaan takut dan cemas berlebihan.

Ketakutan dan kecemasan kita menjadi lebih terukur karena tahu bagaimana mengantisipasi dan menghindari risiko.

Disiplin menerapkan prokes dengan kewaspadaan membuat kita bisa beraktivitas cenderung normal.

Banyak kegiatan dan rencana yang tertunda atau ditunda karena pandemi mulai diletakkan pada rencana awalnya.

Salah satunya adalah Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden 2024 yang sudah ditetapkan akan diselenggarakan pada, Rabu, 14 Febuari 2024.

Kepastian ini membuat persiapan dan kesiapan dilakukan. Tidak hanya penyelenggara pemilu, peserta pemilu, tetapi juga para pemilih.

Untuk melihat bagaimana persiapan dan kesiapan pemilih, Survei Kepemimpinan Nasional (SKN) Kompas ke-3 yang dilakukan pada 7-30 Januari 2022 memberikan sejumlah temuan.

Hasil Survei Kepemimpinan Nasional Kompas, Januari 2022. Sumber Harian Kompas Hasil Survei Kepemimpinan Nasional Kompas, Januari 2022. Sumber Harian Kompas
Survei tatap muka dilakukan kepada 1.200 responden dengan pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi. Margin of error SKN Kompas ke-3 adalah 2,8 persen.

SKN Kompas pertama dilakukan pada April 2021. SKN Kompas ke-2 dilakukan para Oktober 2021.

Dari SKN Kompas ke-3, didapati bahwa pemilih menjatuhkan pilihan pada tiga tokoh yang masuk papan atas yaitu Prabowo Subianto (26,5 persen), Ganjar Pranowo (20,5 persen), dan Anies Baswedan (14,2 persen).

Prabowo yang berangkat pada angka 16,4 persen (April 2021), turun di angka 13,9 persen (Oktober 2021), melonjak di angka 26,5 persen (Januari 2022).

Ganjar yang berangkat pada angka 7,3 persen (April 2021), naik di angka 13,9 persen (Oktober 2021), dan naik lagi di angka 20,5 persen (Januari 2022).

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengacungkan jempolnya saat akan menjalani pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (21/9/2021). KPK memeriksa Anies Baswedan sebagai saksi untuk tersangka mantan Direktur utama Perumda Sarana Jaya Yoory Corneles Pinontoan (YRC) atas kasus dugaan korupsi pengadaan lahan di Munjul, Cipayung, Jakarta Timur. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.M RISYAL HIDAYAT Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengacungkan jempolnya saat akan menjalani pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (21/9/2021). KPK memeriksa Anies Baswedan sebagai saksi untuk tersangka mantan Direktur utama Perumda Sarana Jaya Yoory Corneles Pinontoan (YRC) atas kasus dugaan korupsi pengadaan lahan di Munjul, Cipayung, Jakarta Timur. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.
Anies yang berangkat di angka 10 persen (April 2021), turun di angka 9,6 persen (Oktober 2021), dan melompat di angka 14,2 persen (Januari 2022).

Temuan SKN Kompas ke-3 lain adalah dominannya peran Generasi Y dan Z yang jumlahnya sekitar 43 persen menurut Sensus Penduduk 2020.

Generasi Y adalah mereka yang lahir antara tahun 1981-1996. Mereka berusia 24-39 tahun saat sensus penduduk dan berjumlah sekitar 25,9 persen.

Generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun (1997-2012). Mereka berusia 8-23 tahun saat sensus penduduk dan jumlahnya 27,94 persen (17,1 persen adalah pemilih mula).

Dominannya peran Generasi Y dan Z tidak hanya tercermin dari jumlah persentase (43 persen yang memiliki hal pilih), tetapi juga minat pada politik yang besar.

Di banding generasi lain, hanya 9,3 persen dari Generasi Y dan Z yang belum menetapkan pilihan. 

Pilihan Generasi Y dan Z ini terbagi dan mengerucut juga pada tiga tokoh yaitu Prabowo (23,2 persen), Ganjar (20,8 persen), dan Anies (17,7 persen).

Tokoh yang selama ini mencitrakan diri dekat dengan Generasi Y dan Z tidak mendapat suara signifikan dari dua generasi ini.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno saat wawancara program Beginu bersama Pemimpin redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho di M Bloc Market, Kamis (15/4/2021).KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno saat wawancara program Beginu bersama Pemimpin redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho di M Bloc Market, Kamis (15/4/2021).
Sandiaga Uno hanya mendapat 4,4 persen dari suara Generasi Y dan Z. Agus Harimurti Yudhoyono hanya mendapat 4 persen dari suara Generasi Y dan Z.

Apa yang diraih Sandiaga membuatnya menjadi satu-satunya tokoh papan tengah yang suaranya naik meskipun tipis dari 4,6 persen (Oktober 2021) menjadi 4,9 persen (Januari 2022).

Mereka yang ada di papan tengah dan suaraya turun adalah AHY, Basuki Tjahaja Purnama, dan Tri Rismaharini.

Meskipun mengerucut kepada tiga tokoh papan atas, SKN Kompas mengungkapkan bahwa ada 38,8 persen responden yang tidak hendak memilih Prabowo, Ganjar, dan Anies.

Meskipun 38.8 persen suara tersebar ke banyak tokoh, ruang untuk hadirnya calon alternatif sebenarnya masih terbuka jika konsolidasi dan negosiasi dilakukan.

Dengan konsolidasi dan negosiasi itu, calon presiden alternatif bisa dajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sesuai persyaratan.

Menengok tiga tokoh papan atas, hanya Prabowo yang memiliki kepastian akan dicalonkan partai politik yaitu Partai Gerindra yang didirikannya.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat diwawancarai Pemimpin Redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho untuk program Beginu di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (3/4/2021).KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat diwawancarai Pemimpin Redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho untuk program Beginu di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (3/4/2021).
Ganjar, meskipun kader PDI-Perjuangan belum mendapat tanda-tanda akan diajukan partai dan kendali partai masih jauh dari tangannya.

Anies, tidak menjadi kader partai mana pun. Namun, berdasarkan SKN Kompas ke-3, suaranya tinggi di responden berlatar belakang Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat.

Kita tunggu siapa yang nantinya akan dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

Berpijak pada hari Pemilu 2024 adalah 14 Februari 2024, pendaftaran calon presiden dan wakil presiden akan dilakukan pada 7-13 September 2023.

Penjajakan partai politik dan tokoh dengan bekal sejumlah hasil survei lanjutan pasti akan banyak dilakukan.

Sambil menunggu kepastian sampai detik terakhir, kita bisa menengok kepastian-kepastian dalam perjalanan Pemilu langsung di Indonesia sejak 2004.

Salah satu kepastian itu adalah kepesertaan Prabowo sebagai calon presiden dan darinya kita bisa belajar kegigihan. Ya, kegigihan.

Sebagai politisi, Prabowo tidak pernah lepas dari perhatian publik lima tahunan sejak 2004.

Menhan Prabowo Subianto mengunjungi PT Dirgantara Indonesia (Persero), Bandung, Jawa Barat, Rabu (2/2/2022).Kementerian Pertahanan Menhan Prabowo Subianto mengunjungi PT Dirgantara Indonesia (Persero), Bandung, Jawa Barat, Rabu (2/2/2022).
Tahun 2004, Prabowo mengikuti konvensi calon presiden Partai Golkar dan kalah dari Wiranto.

Sebagai calon dari Partai Golkar, Wiranto berpasangan dengan Salahuddin Wahid, kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla maupun Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Tahun 2009, Prabowo maju sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Megawati dan kalah dari pasangan SBY-Boediono.

Pasangan Megawati dan Prabowo hanya unggul dari pasangan Jusuf Kalla-Wiranto yang ada di posisi bawah dalam perolehan suara.

Tahun 2014, Prabowo maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Prabowo-Hatta kalah dari Joko Widodo sebagai pendatang baru yang berpasangan dengan polisiti senior Jusuf Kalla.

Tahun 2019, Prabowo maju lagi sebagai calon presiden berpasangan dengan Sandiaga Uno.

Sekali lagi, Prabowo-Sandi kalah dari Jokowi yang berpasangan dengan Maruf Amin.

Banyak yang berpikir, kekalahan kedua sebagai capres dari lawan yang sama dan kekalahan-kekalahan sebelumnya akan menjadi akhir karir politik Prabowo.

Pikiran itu meleset. Meskipun kalah dua kali dari Jokowi, Prabowo dan juga Sandiaga, ikut menikmati kemenangan lawannya.

Posisi menteri yang diberikan Jokowi bagi keduanya adalah wujud nyata melesetnya pikiran kita.

Jika hendak belajar kegigihan tanpa pernah putus di setiap kesempatan yang terbuka, simaklah perjalanan Prabowo.

Jika hendak belajar meraih kemenangan di kesempatan kecil yang terbuka dengan kegigihan biasa-biasa saja, simaklah perjalanan SBY dan Jokowi.

Mereka berdua punya resep dan bahan ajar di luar semata kegigihan.

Salam ajar,

Wisnu Nugroho

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Tren
Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

Tren
Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Tren
Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Tren
Mengenal Mitos Atlantis, Kota dengan Peradaban Maju yang Hilang di Dasar Laut

Mengenal Mitos Atlantis, Kota dengan Peradaban Maju yang Hilang di Dasar Laut

Tren
Mengenal Hak Veto dan Sederet Konversinya, Terbaru Gagalkan Palestina Jadi Anggota PBB

Mengenal Hak Veto dan Sederet Konversinya, Terbaru Gagalkan Palestina Jadi Anggota PBB

Tren
Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Tren
Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara

Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara

Tren
Manfaat Mengonsumsi Kubis untuk Menurunkan Tekanan Darah

Manfaat Mengonsumsi Kubis untuk Menurunkan Tekanan Darah

Tren
Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Tren
Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Tren
Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Tren
7 Fakta Kebakaran Mampang, Padam Usai 16 Jam dan 7 Korban Terjebak

7 Fakta Kebakaran Mampang, Padam Usai 16 Jam dan 7 Korban Terjebak

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com