KOMPAS.com - Apa saja mitos dan fakta terkait varian Omicron yang berbedar di masyarakat? Virus corona varian Omicron telah tedeteksi di Indonesia sejak pertengahan Desember 2021 dan menyebar sangat cepat.
Varian Omicron disebutkan memicu naiknya kasus infeksi dan gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia.
Berikut ini 5 mitos dan fakta terkait varian Omicron dikutip dari instagram Kementerian Kesehatan (Kemenkes) @kemenkes_ri, Selasa (8/2/2022).
Baca juga: 5 Mitos dan Fakta Virus Corona Varian Omicron
Mitos: Omicron hanya timbulkan gejala ringan
Fakta: Meskipun varian Omicron menyebar lebih cepat, gejala Omicron tidak separah Delta. Tapi bagi lansia, orang dengan komorbid, dan orang yang belum divaksinasi, varian Omicron tetap berpotensi kematian.
Penjelasan: WHO dalam penjelasannya terkait update on Omicron mengatakan seluruh varian corona, termasuk Omicron, dapat menyebabkan keparahan bahkan kematian.
Dampak keparahan dan kematian ini khususnya akan mudah terjadi pada kelompok rentan. Karena itu upaya pencegahan penting untuk dilakukan.
Dikutip dari CDC, gejala yang muncul apakah ringan, sedang, atau berat dipengaruhi oleh status vaksinasi seseorang. Selain itu, kondisi kesehatan, usia, dan riwayat infeksi sebelumnya juga turut berperan.
Mitos: Vaksin tak mempan lumpuhkan Omicron
Fakta: Vaksin menjadi proteksi terbaik melawan Omicron. Data menunjukkan 60 persen pasien Omicron yang meninggal dunia belum pernah divaksinasi.
Penjelasan: WHO menegaskan vaksin tetap penting sebagai upaya pencegahan.
Vaksin dapat menekan risiko penyakit parah dan kematian.
Hingga saat ini, vaksin masih terbukti efektif untuk mencegah pasien infeksi mengalami kondisi parah dan menjadi langkah terbaik untuk dilakukan.
Seseorang yang sudah divaksinasi memiliki peluang lebih kecil untuk terkena kondisi berat jika terinfeksi dibandingkan mereka yang belum divaksinasi.
Baca juga: Catat, Jenis dan Dosis Vaksin Booster yang Bisa Didapatkan Masyarakat
Mitos: Orang yang belum divaksinasi tidak akan bergejala parah akibat Omicron
Fakta: Orang yang belum divaksinasi justru yang paling rentan tertular Omicron. Pasien Omicron di rumah sakit kebanyakan adalah yang belum vaksin.
Penjelasan: Sebagaimana disebutkan sebelumnya, vaksinasi penting untuk mencegah terjadinya gejala berat juga kematian jika infeksi terjadi.
Bahkan untuk di Indonesia, 69 persen dari 356 pasien Omicron yang meninggal diketahui belum mendapatkan vaksinasi.
Hal itu sebagaimana disampaikan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjairan dalam keterangan pers, Senin (7/2/2022).
Baca juga: Luhut: 69 Persen Kasus Covid-19 Meninggal Belum Divaksin
Mitos: Omicron tidak bisa menginfeksi orang yang sebelumnya pernah terkena Covid-19.
Fakta: Orang yang pernah positif Covid-19 juga bisa terkena Omicron. Vaksin sangat dianjurkan untuk menghindari gejala parah.
Penjelasan: WHO menyebut, bukti awal menunjukkan ada peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian Omicron pada orang yang sebelumnya pernah terkena Covid-19.
Varian Omicron dapat menginfeksi ulang lebih mudah dibandingkan variant of concern yang lainnya.
Mitos: Penggunaan masker tak bisa cegah penularan Omicron
Fakta: Pencegahan terbaik dari tertular Omicron adalah disiplin porotokol kesehatan, termasuk memakai masker, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, dan vaksinasi.
Penjelasan: CDC menegaskan penggunaan masker yang baik dan benar sangat efektif untuk mencegah infeksi segala jenis virus, termasuk varian Omicron.
Namun, penggunaan masker tidak bisa dijadikan senjata tunggal. Karena itu tetap harus menaati protokol kesehatan yang lain juga melengkapi dosis vaksinasi yang dibutuhkan.
Jika semua dilakukan, maka tingkat perlindungan yang didapat akan semakin sempurna.
Nah, demikian itulah mitos dan fakta terkait varian Omicron serta penjelasannya.
Baca juga: Beda Gejala Omicron dengan Flu, dan Cara Mencegah Tertular Omicron