KOMPAS.com - Imlek selalu sarat dengan tradisi, selain tarian barongsai, ada pula lampion-lampion cantik yang digantungkan di teras rumah dan terong susu yang dijadikan hiasan ruangan di samping bunga meihua.
Di Semarang sendiri ada perayaan rutin bernama Pasar Imlek Semawis yang digelar setiap tahun selama tiga hari dua malam menjelang Imlek.
Namun karena pandemi, Pasar Imlek Semawis untuk sementara ditiadakan dahulu, terhitung sejak tahun lalu yaitu 2021.
Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata atau Kopi Semawis, meniadakan gelaran rutin ini karena Pasar Imlek Semawis dinilai sangat bisa memancing kerumunan sehingga bisa memicu penyebaran Covid-19.
Meski Pasar Imlek Semawis ditiadakan, namun masyarakat Tionghoa tetap merayakan Imlek dengan cara menggelar ibadah, memasang patung shio dan juga lampion.
Ketua Kopi Semawis, Harjanto Halim, mengatakan kepada Kompas.com, Sabtu (29/01/2022) pagi, bahwa berbagai ritual dan tradisi Imlek tetap dijalankan di masing-masing rumah masyarakat Tinghoa.
Baca juga: Sejarah Imlek di Indonesia: 32 Tahun Dilarang Soeharto, Aturan Dicabut Gus Dur
Tradisi Imlek tak terhitung banyaknya, begitulah menurut Harjanto Halim. Dan tradisi ini bisa berbeda-beda dari satu rumah dengan rumah lainnya.
"Saya sendiri berasal dari suku Hokkian, jadi saya memiliki tradisi yang mungkin berbeda dengan suku Tinghoa lainnya," papar Harjanto.
Jadi di hari Imlek, akan ada banyak tradisi yang mewarna rumah-rumah masyarakat Tionghoa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.