KOMPAS.com - Indeks Literasi Digital di Indonesia 2021 yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyajikan hasil yang patut disoroti.
Dari 6 provinsi yang ada di Pulau Jawa, hanya satu yang menempati 10 besar skor Indeks Literasi Digital di Indonesia 2021, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sementara hanya 3 provinsi yang mendapat skor literasi digital di atas rata-rata nasional yaitu DIY (3,71), Jawa Timur (3,55), dan DKI Jakarta (3,51).
Bahkan untuk Provinsi Banten, menempati empat posisi terbawa skor literasi digital 2021 dengan 3,37.
Sebagai informasi, Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 mendapatkan skor 3,49 atau pada level "sedang".
Baca juga: 10 Daerah dengan Tingkat Literasi Digital Tertinggi 2021, DIY Nomor 1
Pengukuran indeks ini menggunakan empat variabel, yaitu kecakapan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital.
Menanggapi indeks itu, pakar budaya dan komunikasi digital Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan, laporan ini perlu mendapat perhatian serius.
Terlebih, tingginya populasi penduduk di Jawa bisa mencerminkan tingkat digital nasional.
Menurutnya, perlu adanya penelitian valid untuk memastikan kesenjangan ini. Sebab, Jawa merupakan pusat ekonomi, pendidikan, dan juga adopsi teknologi.
"Sangat perlu adanya penelitian yang valid untuk memastikan, mengapa Jawa yang pada kenyataaannya sebagai pusat ekonomi, pendidikan dan juga adopsi teknologi, justru rata rata Indeks Literasi Digital-nya lebih rendah dibanding wilayah luar Jawa," kata Firman kepada Kompas.com, Senin (24/1/2022).
Baca juga: 7 Fakta Menara Saidah, Kosong sejak 2007 hingga Viral Disebut Angker
Akan tetapi, Firman melihat satu penyebab mengapa skor literas digital daerah di Jawa rendah. Menurut Firman hal itu berkaitan dengan dua variabel penilaian, yaitu etika dan budaya digital.
Ia menjelaskan, pemanfaatan perangkat digital bukan semata kemampuan penggunaaan alat dengan terampil (skills) dan aman (safety).
Lebih jauh, hal itu menurut dia problem mental yang membentuk etika dan budaya juga perlu dibangun.
Sebab ketika suatu perangkat digital dipersepsi sebagai alat utama pendulang keuntungan ekonomi, aspek-aspek mental (ethics dan culture) tak jarang ditanggalkan.
"Tendensi ini sangat mungkin lebih terjadi di wilayah yang penggunaan perangkat digitalnya, semata berfokus pada aspek ekonomi," jelas dia.
Baca juga: Panduan Berbelanja Online di Pasar Luar Negeri
Pada konteks ini, Firman menyebut industri yang menuntut penggunaan perangkat digital terutama untuk memperoleh nilai ekonomi yang menguntungkan, berkembang pesat.
Bahkan, tak jarang mengabaikan aspek etis maupun budaya, yang tak semata memuja aspek ekonomi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.