Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Gelombang Misterius di Atmosfer Setelah Letusan Tonga, Apa Itu?

Kompas.com - 22/01/2022, 16:01 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Muncul riak gelombang di atmosfer setelah terjadi letusan gunung berapi bawah laut Tonga pada Sabtu (15/1/2022) lalu.

Hingga saat ini, para peneliti masih belum dapat memahami riak gelombang atmosfer tersebut.

Melansir Nature, data satelit menunjukkan letusan Tonga telah memicu gelombang gravitasi atmosfer yang tidak biasa yang belum pernah terlihat pada letusan gunung api lain.

“Ini benar-benar unik. Kami belum pernah melihat data seperti ini sebelumnya,” kata Ilmuwan Atmosfer di Jülich Supercomputing Center Jerman Lars Hoffmann.

Penemuan tersebut dikumpulkan dalam bentuk gambar oleh Atmospheric Infrared Sounder (AIRS), yang dipasang di satelit Aqua NASA, beberapa jam setelah letusan gunung Tonga.

Adapun dari gambar yang dikumpulkan memperlihatkan adanya banyak lingkaran-lingkaran konsentris.

Lingkaran tersebut menunjukkan adanya gelombang yang bergerak cepat di atmosfer sejauh 16.000 kilometer.

“Alat ini telah beroperasi sekitar 20 tahun dan kami belum pernah melihat pola gelombang konsentris yang begitu bagus,” ujar Hoffman.

Baca juga: Dampak Letusan Gunung Berapi, Warga Tonga Bisa Tanpa Komunikasi Berminggu-minggu

Gelombang gravitasi

Para peneliti mengatakan, secara teori aliran udara panas dan abu gunung api bergerak dengan cepat ke atmosfer bisa memicu terbentuknya gelombang gravitasi dengan skala yang besar.

Namun, gelombang kali ini belum pernah dilihat peneliti.

“Itu membingungkan kami. Itu pasti ada hubungannya dengan fisika dari apa yang terjadi, tapi kita belum tahu apa,” ujar Fisikawan Atmosfer Universitas Bath Inggris Corwin Wright.

Namun, ia dan rekannya menduga bahwa adanya tumpukan besar gas panas yang berserakan di atmosfer mungkin yang telah memicu gelombang itu.

Gas panas tersebut naik tinggi ke stratosfer dan menghantam udara di sekitarnya.

Wright yang pertama kali menemukan pola gelombang mengatakan gelombang yang terlihat pada satelit itu  terdiri dari berbagai jenis dan ukuran.

Ilmuwan Iklim Universitas Oxford Scott Osprey mengatakan, letusan Tonga berlangsung sangat cepat lebih cepat dari letusan lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com