BUKAN saja wajar, namun bahkan kodrati bahwa setiap pendapat ada yang pro dan kontra.
Senasib dengan naskah Kemelut Ambang Batas Pencalonan Presiden, wajarlah naskah Keadilan Tes PCR Untuk Seluruh Rakyat Indonesia juga menghadapi pro-kontra terhadap keadilan tes PCR yang sudah terbukti mampu kalau mau digratiskan oleh anak-anak muda hebat di NTT mau pun di beberapa negara yang mengutamakan kemanusiaan ketimbang bisnis.
Ternyata mayoritas masyarakat Indonesia memang Pancasilais, maka mendukung harapan keadilan tes PCR di persada Nusantara masa kini justru pada masa virus Corona yang sekarang diganti nama menjadi Omicron merajalela agar bukan sebagian, tetapi seluruh rakyat Indonesia secara adil dapat memperoleh tes PCR.
Namun ternyata ada juga warga Indonesia tidak Pancasilais, maka tidak setuju harapan keadilan tes PCR dengan atau tanpa alasan tidak setuju sebab pokoknya tidak setuju.
Menarik menyimak sanggahan mereka yang kontra.
Ada yang menyanggah dengan kreatif mengajukan pertanyaan yang tidak ada kaitan dengan harapan keadilan tes PCR.
Misalnya pertanyaan tentang apa yang sudah dilakukan Jaya Suprana bagi rakyat Indonesia yang tentu saja secara jujur saya jawab bahwa saya sama sekali belum berbuat apa pun terhadap rakyat Indonesia.
Ada pula yang mempertanyakan data yang saya gunakan sebagai dalih mengharap keadilan tes PCR untuk seluruh rakyat Indonesia.
Padahal telah nyata dibuktikan mampu asal mau menggratiskan PCR oleh anak-anak muda hebat di NTT.
Para pebisnis sejati alih-alih peduli naskah saya malah menaikkan harga produk tes PCR dengan dalih tes bukan untuk virus Corona, tetapi Omicorn dan hasilnya lebih cepat keluar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.