Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rahmat Hidayat Pulungan
Wakil Sekjen PBNU

Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

NU dan Manusia Moderat

Kompas.com - 09/01/2022, 18:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Moderasi bukanlah hal yang baru dikampanyekan Nahdlatul Ulama (NU). Sejak awal berdirinya, NU sudah memilih jalur moderat.

Hal itu bisa dilacak dari aliran-aliran keagamaan yang dipilih oleh pendiri NU.

Di buku Risalah Ahlussunnah wal Jama'ah, Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU, mengatakan bahwa mazhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang dipegang NU adalah mazhab yang dianut umat Islam Nusantara, yaitu dalam fikih mengambil dari Imam Syafi'i, dalam akidah mengambil dari Imam Asy'ari, dan dalam tasawuf mengambil dari Imam Ghazali.” (h. 15)

Tiga mazhab tersebut merupakan mazhab moderat.

Fikih Syafi'i dinyatakan sebagai fikih moderat karena fikih Syafi'i mengambil jalan tengah antara fikih tradisional Maliki (ahlu al-hadits) dan fikih rasional Hanafi (ahlu al-ra’yi).

Moderasi fikih Syafi'i tampak pada acuannya, yaitu Al-Quran, Al-Sunnah Nabi, Ijma’ (kesepakatan ulama) dan Qiyas.

Dengan mengacu pada kesepakatan para ulama (Ijma') dan Sunnah Nabi, di samping Al-Quran, fikih Syafi'i merepresentasikan diri sebagai fikih Ahlus Sunnah wal Jam'ah.

Dengan melakukan Qiyas, fikih Syafi'i memberi ruang bagi rasionalitas.

Oleh karena itu, fikih Syafi'i dinyatakan sebagai fikih pertengahan di antara fikih tradisional dan fikih rasional.

Akidah Asy'ariyah merupakan akidah moderat, karena akidah Asy’ariyah mengambil jalan tengah antara akidah Hanbaliyah dan akidah Mu'tazilah.

Akidah Hanbaliyah mengacu pada Al-Quran dan Sunnah dan menolak menakwilkannya serta terjatuh pada pandangan antropomorfisme (tajsîm) tentang Tuhan.

Akidah Mu'tazilah mengedepankan rasio daripada wahyu, menakwilkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits yang tidak selaras dengan akal, dan mensucikan Tuhan dari segala keserupaan dengan hal lain (tanzîh) sampai batas menafikan sifat-sifat Tuhan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+