Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Dubai, dari Daerah Nelayan Sederhana Menjadi Kota Megah

Kompas.com - 07/01/2022, 13:19 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dubai tak henti-hentinya membuat takjub semua orang dengan kemewahan dan deretan rekor dunia yang mereka ciptakan.

Rekor dunia paling terkenal di Dubai adalah Burj Khalifa, bangunan pencakar langit tertinggi di dunia yang hingga kini belum tertandingi.

Namun, Burj Khalifah bukan satu-satunya rekor dunia Dubai. Kota itu juga memiliki rekor lain, termasuk taman bunga terbesar di dunia, kolam renang terdalam dunia, dan kolam air mancur terbesar dunia.

Tak heran, Dubai jadi salah satu kota paling banyak dikunjungi dunia.

Lantas, bagaimana sejarah Dubai hingga bisa menyulap kota nelayan kecil menjadi kota megah?

Baca juga: Sejarah Cappadocia, Saksi Bisu Kehidupan Era Byzantium

Sejarah Dubai

Cakrawala kota dengan latar belakang Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia, dibingkai oleh patung flamingo saat matahari terbenam di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa, 15 Oktober 2019.AP/KAMRAN JEBREILI via VOA INDONESIA Cakrawala kota dengan latar belakang Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia, dibingkai oleh patung flamingo saat matahari terbenam di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa, 15 Oktober 2019.
Melansir Visit Dubai, laman yang dikelola oleh Kementerian Ekonomi dan Pariwisata Dubai, penyebutan Dubai paling awal tercatat pada 1095 oleh ahli geografi Andalusia Abu Abdullah Al-Bakri.

Catatan lain juga terdapat dalam jurnal pedagang mutiara Venesia, Gaspero Balbi, berasal dari 1580 ketika ia mengunjungi daerah itu untuk perdagangan mutiara.

Saat itu, mata pencaharian masyarakat sekitar bergantung pada penangkapan ikan, penyelaman mutiara, pembuatan perahu, dan penyedia akomodasi untuk para pedagang yang melintas.

Tonggak sejarah berikutnya tercatat pada 1793, ketika suku Bani Yas menetap dengan kekuatan politik di Abu Dhabi dan Dubai.

Beberapa catatan juga menunjukkan bahwa Dubai merupakan kota bertembok di awal 1800-an.

Sejarah kemudian berlanjut ketika Maktoum bin Butti dari suku Bani Yas memimpin kelompoknya ke Semenanjung Shindagha di muara Dubai Creek pada 1833.

Dia kemudian menetap di sana dan mendeklarasikan kemerdekaan kota itu dari Abu Dhabi. Sejak saat itu, Dubai dianggap sebagai desa nelayan.

Di bawah kepemimpinan Al Maktoum, Dubai mulai berkembang pesat. Pada 1894, perdagangan di daerah itu mendapat dorongan, karena aturan baru memberikan pembebasan pajak untuk ekspatriat.

Hal ini menyebabkan gelombang besar dalam jumlah pekerja asing memasuki kota. Pedagang India dan Pakistan menuju ke Dubai untuk memanfaatkan kondisi bisnis yang sangat baik.

Meskipun ini merupakan periode yang cukup sukses dalam sejarah Dubai, namun mereka masih sepenuhnya bergantung pada penangkapan ikan, perdagangan, dan penyelaman mutiara.

Ketika mutiara buatan ditemukan di Jepang pada 1950-an, kerentanan ekonomi kawasan itu terungkap. Namun, krisis keuangan tidak berlangsung lama.

Baca juga: Sejarah Istanbul, Byzantium, dan Konstantinopel: Kota di Dua Benua

Dubai era modern

Ilustrasi Uni Emirat Arab - Pemandangan Burj Khalifa.SHUTTERSTOCK/Tomasz Czajkowski Ilustrasi Uni Emirat Arab - Pemandangan Burj Khalifa.
Pada tahun 1966, segalanya tiba-tiba berubah bagi Dubai ketika ditemukan sumber minyak. Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum kemudian memulai pembangunan Dubai.

Ia mengubah kota dari sekelompok kecil pemukiman di dekat Dubai Creek menjadi pelabuhan modern, kota, dan pusat komersial.

Melansir Britannica, kota ini kemudian mulai melakukan diversifikasi, membangun pariwisata mewah, real estat, dan sektor keuangannya pada 1990-an.

Semua ini membutuhkan pekerja asing yang terampil dan terdidik. Banyak di antara mereka yang pindah ke Dubai karena gajinya yang bebas pajak dan stabilitas politik.

Dalam waktu hanya setengah abad, Dubai meledak dalam pertumbuhan, membangun keajaiban modern seperti Burj Al Arab dan Burj Khalifa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com