KOMPAS.com - Sejak varian Omicron terdeteksi untuk kali pertama pada 24 November 2021, beredar berbagai informasi simpang-siur tentang varian baru virus corona ini.
Varian yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan ini kini mulai menjadi varian mendominasi kasus infeksi di berbagi negara.
Di Indonesia sendiri, hingga Senin (3/1/2021), ada 152 kasus terkonfirmasi dengan varian Omicron.
Studi terkait varian baru ini masih terus dilakukan. Di tengah penanganan sebaran varian ini, berbagai mitos dan informasi menyesatkan seputar Omicron.
Berikut mitos-mitos seputar varian Omicron dan faktanya:
Ada mitos yang menyebut tes Covid-19 menggunakan polymerase chain reaction (PCR) tidak efektif mendeteksi varian Omicron.
Mitos yang banyak beredar di media sosial itu menyebutkan bahwa yang bisa mendeteksi varian virus corona B.1.1.529 hanyalah metode computed tomography (CT) scan paru-paru.
Faktanya:
Tes PCR masih efektif untuk mendeteksi berbagai macam varian virus corona, termasuk varian Omicron.
Hal ini dibenarkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Laboratorium Indonesia (PDS PatKLln) Prof Aryati.
"Masih efektif. Jadi tidak ada masalah dengan varian apa pun termasuk Omicron, tetap dapat terdeteksi oleh metode PCR maupun antigen yang sekarang," kata Aryati seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (3/12/2021).
Umumnya, hasil tes PCR akan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis terkait variannya.
Baca juga: [HOAKS] Tes PCR Tidak Bisa Mendeteksi Varian Omicron
Adanya dropout gen S yang teridentifikasi pada varian Omicron, bukan berarti membuat tes PCR menjadi tidak efektif.
Sederhananya, ketika gen S tidak terdeteksi, maka kemungkinan besar ada varian Omicron dan baru bisa divalidasi dengan genome sequences di laboratorium.