Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Jangan Lupakan Ibumu... Ibumu... Ibumu

Kompas.com - 22/12/2021, 13:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Terkadang, kita begitu abai dengan permintaan ibu walau hanya sekedar ingin bertemu sebentar. Alasan kesibukan pekerjaan dan repot di rumah menjadi pembenar untuk sekedar “sowan” ke rumah ibu. Padahal ibu ingin memamerkan masakan kesukaan kita dulu. Kerepotannya saat menyiapkan masakan ini tidak berbalas dengan kunjungan anaknya yang dirindu.

Kita begitu menyesal tiada tara saat ibu telah tiada. Jerih payah kita dalam bekerja seakan percuma karena ibu tidak bisa ikut menyaksikan apalagi ikut merasakan rezeki yang kita dapat. Ratapan anak di pusara ibunya tidak akan sanggup mengembalikan rasa cinta ibu yang teramat besar.

Tentu kita begitu terhenyak saat mengikuti berbagai warta akhir-akhir ini dari berbagai pelosok Tanah Air mengenai anak kandung menggugat ibunya karena masalah harta. Ada anak-anak yang melawan ibunya di meja hijau demi memperebutkan harta warisan padahal ibunya masih hidup.

Ada lagi anak yang tidak ingin diakui sebagai anak kandung karena emosinya yang tidak bisa dibendung karena perselisihan paham dengan ibunya.

Walau menantu memang bukanlah anak kandung tetapi sosok ibu mertua tetaplah “ibu” dalam arti sesungguhnya. Masih ingatkah dengan personil TNI yang tega mengusir ibu mertuanya dari rumah dinas di Pekanbaru, Riau? Untungnya, jiwa besarnya telah kembali menyadarkannya. Sang menantu meminta maaf karena khilaf dan ibu mertuanya pun juga memberi maaf.

Ibu yang berjuang dari rasa sakit dan berani menantang maut saat melahirkan anak-anaknya, masih lagi harus rela menyusui dan terjaga dari tidurnya untuk merawat buah hatinya. Begitu tegakah kita dengan asa dan perngorbanan seorang ibu? Surga memang layak berada di kaki ibu.

Saya begitu percaya jika perempuan-perempuan di Tanah Air ini berpikiran luas, kuat dan hebat maka nantinya akan melahirkan generasi-generasi emas. Terbukti, sudah banyak perempuan-perempuan Indonesia menjadi ibu yang hebat untuk anak-anaknya.

Selamat Hari Ibu, untuk perempuan-perempuan Indonesia yang hebat.

Kesabaranmu seluas samudera, dan ketabahanmu sekeras karang lautan. Terima kasih sudah membersamai sejak aku tak mampu apa-apa hingga kini mampu mengeja kehidupan. Sayang kamu, Ibu!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com