KOMPAS.com - Anjungan Tunai Mesin (ATM) menjadi benda yang tidak bisa dipisahkan di kehidupan masa kini.
Betapa tidak, kehadiran ATM membuat nasabah tak perlu repot-repot antre untuk melakukan transaksi perbankan, seperti menabung dan transfer.
Hanya berbekal kartu ATM, transaksi langsung bisa dilakukan kurang dari 5 menit.
Baca juga: Indonesia Negara Berkembang Pertama Jadi Tuan Rumah G20, Apa Dampaknya?
Namun, pernakah Anda berpikir kapan ATM pertama kali ada di Indonesia?
Melansir pemberitaan Kompas.com, ATM pertama kali digunakan di Indonesia pada 1986 oleh Hong Kong Bank dan Bank Niaga.
Saat itu, ATM hanya bisa transaksi di satu bank dan menggunakan giro dengan jumlah transaksi yang terbatas.
Selama masa pengenalan, nasabah dibantu oleh petugas yang menerangkan tentang penggunaan kartu ATM.
Baca juga: INFOGRAFIK: Cara Ganti Kartu ATM Lama BCA dan BNI
Kendati demikian, kehadiran "Si Mesin Kasir Otomatis" di Indonesia ketinggalan cukup lama dari negara lain.
Diketahui, mesih ATM pertama kali dikenalkan di Amerika Serikat (AS) pada 1970.
Bank-bank pun kemudian berebut membeli mesin ini untuk mengalahkan saingannya.
Baca juga: 9 Hal yang Perlu Diketahui soal Qanun Aceh tentang Lembaga Keuangan Syariah
Seiring perkembangan waktu, sejumlah bank di Indonesia mulai mengikuti jejak Hong Kong Bank dan Bank Niaga.
Pada dekade 90-an pengunaan ATM mulai menjadi tren perbankan, seiring menjamurnya bank-bank swasta.
Harian Kompas, 10 Juni 1990 mencatat, ATM saat itu melayani penarikan uang nominal Rp 10.000 dan Rp 5.000 dengan jumlah maksimal penarikan sebesar Rp 500.000.
Baca juga: Merger 3 Bank Syariah BUMN, Bagaimana Dampaknya bagi Nasabah?
Bank yang ingin membeli mesin ATM tersebut harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 100 juta.
Selain itu, bank juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk petugas khusus yang mengawasi ATM.
Sebab, sejumlah ATM dilaporkan rusak akibat ulah pengguna. Misalnya, beberapa pengguna memasukkan paksa kartunya yang melengkung ke dalam alat ini.
Pengguna lain bahkan merusak mesin ini hanya karena tidak mengerti cara menggunakannya, catat Harian Kompas, 22 Desember 1991.
Baca juga: Bantuan Kuota Internet Kemendikbud Desember Dikurangi, Ini Besarannya
Karenanya, penggunaan ATM saat itu disebut lebih boros daripada pemakaian automatic teller person (ATP) sebagai pelayanan nasabah perbankan.
Di samping menghemat 90 persen biaya ATM, investasi pemakaian ATP yang hanya membutuhkan seorang operator pun lebih menguntungkan bank dibandingkan pembukaan kantor kas baru.
Kini, ATM menjelma menjadi penopang transaksi bank setelah memasuki dekade millenium dengan hadirnya interkoneksi ATM antar bank.
Layanan tersebut menungkinkan nasabah yang berbeda bank bisa melakukan transaksi keuangan hanya dengan melalui mesin ATM milik bank mana pun.
Baca juga: Ini Alasan Polri Mengapa Ujian SIM C Harus Lewati Jalur Zig-zag dan Angka 8