Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/12/2021, 18:15 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Epidemiolog sepakat dengan keputusan pemerintah untuk tidak menyamaratakan level Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"PPKM bertingkat ini harus dijaga konsistensinya sesuai indikator. Kalaupun sekarang tidak diberlakukan PPKM semua level 3, ya harusnya memang begitu dari awal," kata pengamat pandemi asal Indonesia sekaligus epidemiolog di Griffith University Australia, Dicky Budiman kepada Kompas.com, Selasa (7/12/2021).

Sebelumnya, pemerintah berencana menerapkan PPKM level 3 pada 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022 yang berlaku secara nasional.

Namun, melalui siaran pers Senin (6/12/2021), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa rencana ini dibatalkan.

Penerapan level PPKM selama Natal dan tahun baru (Nataru) akan tetap mengikuti indikator dan asesmen situasi pandemi yang berlaku saat ini, tetapi dengan beberapa pengetatan.

Baca juga: Pemerintah Batal Terapkan PPKM Level 3, Alasannya, dan Aturan Terbaru yang Berlaku

Perlu konsisten menetapkan strategi

Dicky mengatakan bahwa pemerintah perlu mempertimbangkan dengan matang setiap strategi penanganan pandemi yang diumumkan kepada masyarakat.

"Dalam menetapkan strategi itu harus betul-betul. Dipertimbangkan matang, berbasis science, masukan. Karena, bagaimanapun dampaknya adalah trust, konsistensi, kepastian kebijakan, juga serus enggak," tutur dia.

Sejauh ini, Dicky mengakui, sudah ada perbaikan komunikasi risiko pandemi dan penangan Covid-19 di Indonesia.

Kendati demikian, konsistensi dalam menetapkan strategi sangat memengaruhi rasa percaya masyarakat terhadap kinerja pemerintah dalam menangani pandemi.

Dicky menjelaskan, upaya pengetatan PPKM memang baik. Namun, akan lebih baik jika sesuai dengan indikatornya.

"Tetapi sesuai saja dengan indikator pandemi di wilayahnya. Supaya apa? Kita konsisten dengan indikator itu," imbuh dia.

Baca juga: PPKM Level 3 Saat Nataru Dibatalkan, Ini Kriteria PPKM Level 1-4

30-40 persen penduduk masih rawan Covid-19

Dicky membenarkan bahwa kekebalan kelompok memang terwujud melalui cakupan vaksinasi yang meluas.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per Selasa (7/12/2021) pukul 12.00 WIB, sudah ada 68,80 persen penduduk Indonesia yang sudah mendapat vaksin dosis pertama.

Namun, untuk melihat potensi gelombang ketiga, pemerintah perlu mempertimbangkan pula 30-40 persen penduduk lainnya yang belum mendapat akses terhadap vaksin Covid-19.

"Ini kan jumlahnya cukup signifikan, setidaknya kalau dosis 1 yang jadi rujukan, ada 30-40 persen penduduk kita ini masih rawan. Nah ini salah satu potensi gelombang. PPKM hanya salah satu toolsnya saja untuk melindungi orang-orang yang belum memiliki imunitas ini," jelas Dicky.

Baca juga: Pemerintah Batal Terapkan PPKM Level 3 Serentak Saat Nataru, Aturan Perjalanan Berubah?


Halaman:

Terkini Lainnya

Viral, Video Ayam Gundul Hidup Tanpa Bulu, Ini Penjelasan Dokter Hewan

Viral, Video Ayam Gundul Hidup Tanpa Bulu, Ini Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Minum Tablet Tambah Darah Diklaim Ampuh Cegah Lemas Saat Puasa, Ini Penjelasan Ahli Gizi

Minum Tablet Tambah Darah Diklaim Ampuh Cegah Lemas Saat Puasa, Ini Penjelasan Ahli Gizi

Tren
Kesaksian Jurnalis Al Jazeera yang Ditangkap Pasukan Israel Saat Meliput di RS Al-Shifa

Kesaksian Jurnalis Al Jazeera yang Ditangkap Pasukan Israel Saat Meliput di RS Al-Shifa

Tren
2 WNI Diduga Curi Data Jet Tempur KF-21 Korea Selatan, Ini Kata Kemenlu

2 WNI Diduga Curi Data Jet Tempur KF-21 Korea Selatan, Ini Kata Kemenlu

Tren
Dibuka Dua Hari Lagi, Berikut Syarat dan Prosedur Pendaftaran UTBK-SNBT 2024

Dibuka Dua Hari Lagi, Berikut Syarat dan Prosedur Pendaftaran UTBK-SNBT 2024

Tren
Profil Soenarko, Eks Danjen Kopassus Pimpin Demo Pilpres 2024 di KPU

Profil Soenarko, Eks Danjen Kopassus Pimpin Demo Pilpres 2024 di KPU

Tren
Benarkah Soundtrack Serial 'Avatar The Last Airbender' Terinspirasi dari Tari Kecak Indonesia?

Benarkah Soundtrack Serial "Avatar The Last Airbender" Terinspirasi dari Tari Kecak Indonesia?

Tren
Penumpang Keluhkan AC KA Airlangga Bocor tapi Cuma Dilakban oleh Petugas, KAI Beri Penjelasan

Penumpang Keluhkan AC KA Airlangga Bocor tapi Cuma Dilakban oleh Petugas, KAI Beri Penjelasan

Tren
Paspampres Bantah Petugasnya Adang Kakek yang Pergi ke Masjid di Labuhanbatu Saat Kunjungan Jokowi

Paspampres Bantah Petugasnya Adang Kakek yang Pergi ke Masjid di Labuhanbatu Saat Kunjungan Jokowi

Tren
Menilik Tragedi Thalidomide, Bencana Medis Terbesar yang Korbankan Puluhan Ribu Bayi

Menilik Tragedi Thalidomide, Bencana Medis Terbesar yang Korbankan Puluhan Ribu Bayi

Tren
Update Hasil Sementara Rekapitulasi Pilpres 2024, Dominasi Prabowo-Gibran di 35 Provinsi

Update Hasil Sementara Rekapitulasi Pilpres 2024, Dominasi Prabowo-Gibran di 35 Provinsi

Tren
Komeng Terpilih Jadi Anggota DPD Dapil Jabar, Berapa Gajinya?

Komeng Terpilih Jadi Anggota DPD Dapil Jabar, Berapa Gajinya?

Tren
7 Makanan yang Bisa Membuat Awet Muda, Apa Saja?

7 Makanan yang Bisa Membuat Awet Muda, Apa Saja?

Tren
Ciri-ciri Kista Ovarium, Termasuk Kembung dan Sering Buang Air

Ciri-ciri Kista Ovarium, Termasuk Kembung dan Sering Buang Air

Tren
Menjadi Ikan Termahal di AS, Elver Berharga Hampir Rp 31 Juta Per 453 Gram

Menjadi Ikan Termahal di AS, Elver Berharga Hampir Rp 31 Juta Per 453 Gram

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com