Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Omicron Sudah Masuk Indonesia? Ini Analisis Epidemiolog

Kompas.com - 07/12/2021, 12:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Jadi dengan masa karantina yang pendek, kemudian surveillance genomic yang rata-rata 0,2 persen sebelumnya, itu menempatkan kita dalam situasi yang sangat rawan," sebut dia.

Analisisnya terkait keberadaan varian baru virus corona Omicron sudah ada di tengah masyarakat, tidak lain alasannya dikarenakan kemampuan si virus dalam menyebar.

"Sifat Omicron ini begitu cepat menular. Yang harus saya ingatkan, dia sifat eksponensialnya itu cenderung super, 2 kali setidaknya dari Delta. Adanya satu (kasus) saja itu akan me-lead penambahan kasus yang banyak," jelas Dicky.

Terlebih, upaya 3T di Indonesia cenderung menurun dalam satu bulan terakhir.

Baca juga: 4 Fakta Seputar Varian Covid-19 B.1.1.529 dari Afrika Selatan

Gejala infeksi Omicron ada di taraf ringan

Senada dengan Dicky, ahli patologi klinis sekaligus Juru Bicara Satgas Covid-19 RSA UNS, Tonang Dwi Ardyanto juga menyebut Omicron sudah ada di Indonesia.

"Sudah (masuk Indonesia). Penyebaran sudah sedemikian luas dari laporan awal. Laporan awal itu pun sebenarnya kasusnya sudah terjadi dua pekan sebelumnya," kata Tonang dalam unggahan Facebook pribadinya, Senin (6/12/2021).

Sebagai catatan, Kompas.com telah meminta konfirmasi dan izin dari Tonang, untuk mengutip penjelasan yang disampaikannya di Facebook.

Baca juga: Alasan WHO Menamai Varian B.1.617.2 Jadi Omicron, Bukan Nu atau Xi

Terkait dengan kasus yang tidak terdeteksi atau ramai diberitakan, menurutnya hal itu dikarenakan gejala yang ditimbulkan dari infeksi Omicron ada di taraf ringan bahkan tanpa gejala.

Hal itu dikarenakan antibodi untuk virus corona di masyarakat yang sudah cukup kuat.

"Diestimasikan bahwa prevalensi antibodi (dari infeksi alami, vaksinasi, maupun infeksi dan vaksinasi) sudah relatif tinggi setelah melewati Juli kemarin," ujar Tonang.

Menurutnya, penerapan protokol kesehatan yang disiplin ditambah dengan kekebalan komunitas yang sementara ini sudah terbentuk akan sangat membantu masyarakat menahan serangan varian Omicron.

"Memang saat ini antibodi dari infeksi alami bulan Juli sudah menurun, hanya paparan Omicron tidak menimbulkan gejala berat, laporannya gejala ringan, sehingga diharapkan memicu antibodi kembali meninggi," imbuh dia.

Baca juga: Saat WHO Pantau Varian Virus Corona Baru Bernama Mu...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Varian Corona B.1.1.529

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menanti Tol Solo-Yogyakarta, Penghubung Dua Kota Mataram, Dukung Perekonomian Lokal

Menanti Tol Solo-Yogyakarta, Penghubung Dua Kota Mataram, Dukung Perekonomian Lokal

Tren
Jadwal Puasa Ayyamul Bidh April 2024 dan Keutamaannya

Jadwal Puasa Ayyamul Bidh April 2024 dan Keutamaannya

Tren
Penelitian Mengungkap Anggapan Masyarakat Mesir Kuno tentang Galaksi Bima Sakti

Penelitian Mengungkap Anggapan Masyarakat Mesir Kuno tentang Galaksi Bima Sakti

Tren
Manfaat Kelapa Bakar, Apa Bedanya dengan Diminum Langsung?

Manfaat Kelapa Bakar, Apa Bedanya dengan Diminum Langsung?

Tren
Catat, Ini 10 Ponsel Pintar dengan Radiasi Tertinggi

Catat, Ini 10 Ponsel Pintar dengan Radiasi Tertinggi

Tren
Pedagang Taoge di Garut Disebut Jadi Tersangka Usai Membela Diri dan Lawan Preman, Ini Faktanya

Pedagang Taoge di Garut Disebut Jadi Tersangka Usai Membela Diri dan Lawan Preman, Ini Faktanya

Tren
Daftar 60 Universitas Terbaik di Indonesia Versi SIR 2024, Ada Kampusmu?

Daftar 60 Universitas Terbaik di Indonesia Versi SIR 2024, Ada Kampusmu?

Tren
Remaja Siksa Anjing hingga Mati di Jember, Polisi: Masih dalam Proses Penyelidikan

Remaja Siksa Anjing hingga Mati di Jember, Polisi: Masih dalam Proses Penyelidikan

Tren
Daftar Ikan yang Boleh Dimakan Penderita Asam Urat dan Kolesterol, Apa Saja?

Daftar Ikan yang Boleh Dimakan Penderita Asam Urat dan Kolesterol, Apa Saja?

Tren
Gunung Vesuvius yang Lenyapkan Kota Kuno Pompeii Berpotensi Meletus Lagi, Kapan Terjadi?

Gunung Vesuvius yang Lenyapkan Kota Kuno Pompeii Berpotensi Meletus Lagi, Kapan Terjadi?

Tren
Pemimpin Dunia Minta Israel Tak Balas Serangan Iran, Ini Alasannya

Pemimpin Dunia Minta Israel Tak Balas Serangan Iran, Ini Alasannya

Tren
Mengenal 'Holiday Paradox', Saat Waktu Liburan Terasa Lebih Singkat

Mengenal "Holiday Paradox", Saat Waktu Liburan Terasa Lebih Singkat

Tren
Mengenal Amicus Curiae, Dokumen yang Diserahkan Megawati ke MK Terkait Sengketa Pilpres 2024

Mengenal Amicus Curiae, Dokumen yang Diserahkan Megawati ke MK Terkait Sengketa Pilpres 2024

Tren
Bagaimana Cara Kerja Suara dari Sumber Bunyi Mencapai Telinga Anda?

Bagaimana Cara Kerja Suara dari Sumber Bunyi Mencapai Telinga Anda?

Tren
3 Skenario Serangan Balasan Israel ke Iran, Salah Satunya Incar Fasilitas Nuklir

3 Skenario Serangan Balasan Israel ke Iran, Salah Satunya Incar Fasilitas Nuklir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com