Virtualitas game, misalnya, memungkinkan user mengalami sebuah ruang dan waktu yang baru, realitas yang baru, yang sama sekali terputus dari realitas konkret atau kehidupan keseharian.
Baca juga: Nike dan Dyson Mulai Masuk Dunia Virtual Metaverse
Dalam sudut pandang Don Ihde di atas, individu tersebut bisa jadi kurang mampu bersosialisasi di dunia nyata. Ia memilih "bersembunyi" di balik layar komputer. Lebih mudah baginya mengelola dunia maya ketimbang dunia nyata.
Ruang virtual akhirnya menjadi tempat pelarian. Kelak, eskapisme virtual yang bakal marak dan nyaris sempurna akan sungguh-sungguh menjadi realitas sepenuhnya manusia.
Segenap elemen bangsa perlu memikirkan secara integratif segenap aspek terkait keberadaan metaverse yang tak terbendung agar kita tak menjadi konsumen adiktif belaka.
Kaum muda yang masih rapuh secara kepribadian berpotensi menjadi mangsa empuk pemain global yang memanfaatkan metaverse sebagai piranti penggaet konsumen belaka tanpa hirau aneka dampak negatifnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.