Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Greg Teguh Santoso
Versatilist dan Auditor Sistem Manajemen

Sedang menyelesaikan studi S3 di Taiwan sembari menjadi pengajar di beberapa universitas.  Seorang versatilist yang gemar bertualang di dunia maya dan berkolaborasi di dunia nyata, membaca, mengajar, dan menulis. Mari mampir, tegur-sapa di versatilistmilenial2020@gmail.com.

Metaverse, Saat Manusia Kelak Tak Mampu Menghadapi Kenyataan

Kompas.com - 30/11/2021, 21:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pekerja konstruksi, insinyur, ilmuwan lain juga akan beroleh manfaat. Industri hiburan dan pendidikan pun akan direvolusi dalam cara-cara yang tak terbayangkan.

Tak berlebihan bila kita tandaskan bahwa batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya menjadi makin konvergen melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Dunia telah dipenuhi imitasi, duplikasi, kode, simbol, dan permainan bebas tanda yang mengambang dan semakin kompleks.

Hiper-realitas

Apa yang selama ini diwacanakan oleh Jean Baudrillard dalam konsepnya tentang hyperreality dan simulacrum alias simulakra menjadi nyata dan operatif dalam keseharian kita.

Hiper-realitas selama ini adalah suatu gagasan bahwa gambar di dalam layar kaca terasa lebih nyata daripada realitas fisik.

Sedangkan, strategi simulakra (simulasi realitas) memungkinkan realitas aktual untuk digeser, bahkan digantikan oleh realitas semu, duplikasi, kedangkalan dan kepura-puraan.

Simulasi, menurut Baudrillard, adalah tahap simulacrum saat ini: semua terdiri dari referensi tanpa referensi; suatu hiper-realitas.

Baca juga: Metaverse Group Beli Real Estat Virtual Seharga Rp 34,6 Miliar

Kita seyogyanya ingat bahwa teknologi apapun wujudnya tidak bebas nilai, tidak netral, merujuk pada perubahan pengalaman manusia yang terjadi akibat penggunaan teknologi.

Teknologi juga membentuk "subjektivitas" dari penggunanya dan "objektivitas" dunianya. Dapat diambil contoh kecil tatkala ultra sonografi membentuk pengalaman dan ekspektasi ibu yang sedang hamil terhadap kondisi kandungannya.

Realitas virtual

Tak berlebihan apa yang pernah dipaparkan filsuf Don Ihde bahwa penggunaan teknologi mengubah persepsi manusia mengenai ruang dan waktu. Demikian halnya dengan jagad realitas virtual.

Virtual sering didefinisikan sebagai sesuatu yang berlawanan dengan kenyataan. Ideal menjadi kata kunci di sini. Virtual adalah ideal, kualitatif, dan bersifat normatif dalam hubungannya dengan eksistensi manusia yang bersifat aktual.

Akan tetapi virtual sendiri adalah tidak aktual. Pada dasarnya virtual sering dimaksudkan untuk menandai suatu ketiadaan, sesuatu yang tidak nyata, atau non-eksistensial.

Virtual adalah ketiadaan atau kelebihan dan kekurangan yang tidak bisa dipresentasikan secara faktual konkret.

Dalam pengertian Lacan, virtual bukanlah bentuk nyata. Virtual adalah aktualitas yang tidak dapat direpresentasikan sebagai sebuah ketidak-hadiran penuh.

Di samping itu virtualitas juga menawarkan dirinya sebagai ruang yang terdeteritorialisasi untuk melarikan diri dari norma-norma ataupun batasan-batasan realitas sosial yang timbul dikarenakan ko-eksistensi bersama individu lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com