Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Sinergi Agama dan Iptek

Kompas.com - 29/11/2021, 20:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KERAP kali kaum saintis dan para simpatisan sains melecehkan kaum agamis dan para penganutnya sebagai pemercaya takhayul, dogmatis, fundamentalis, ketinggalan zaman, penghambat perkembangan peradaban bahkan menyengsarakan manusia akibat memang agama kerap dijadikan alasan perang.

Pelecehan yang dapat dipahami baik sebagai sekadar gejala psikokultural mau pun bagian proses jejak sejarah peradaban.

Galileo Galilei

Fakta sejarah membuktikan bahwa pada abad yang disebut sebagai masa gelap oleh para sejarawan Barat memang penguasa gereja membenci sains dan saintis.

Korban kebencian gereja yang paling tersohor adalah Galileo Galilei yang berani-berani membenarkan teori Kepler dan Kopernikus bahwa dunia memutari matahari sementara gereja berpegang teguh pada keyakinan bahwa dunia di mana manusia berada adalah pusat semesta maka matahari memutari dunia bukan sebaliknya.

Akibat memang kalah kekuasaan, maka Galileo terpaksa mengkhianati keyakinan dirinya sendiri agar dirinya tidak dihukum oleh gereja yang pada masa itu tidak mustahil bisa sampai dalam bentuk hukuman mati.

Meski diam-diam di dalam hati, Galileo Galilei tetap percaya planet bumi mengitari matahari bukan sebaliknya.

Charles Darwin 

Korban penindasan gereja terhadap sains paling tersohor lainnya adalah Charles Darwin yang gegabah bikin gagasan evolusi yang sangat berbahaya merusak teori kreasionis versi gereja.

Di Amerika Serikat, penguasa gereja sempat resmi melarang teori evolusi Darwin diajarkan di sekolah-sekolah yang kemudian digugat oleh para pendukung teori Darwin di bawah komando Thomas Huxley sebagai bulldog-nya Darwin.

Akhirnya teori Darwin secara konstitusional boleh diajarkan di sekolah meski di sana sini masih dihujat oleh gereja dan para penganut setia gereja sampai masa kini

Balas dendam

Sampai masa kini di Amerika Serikat masih ada yang tidak percaya teori Darwin atau dunia mengitari matahari, bahkan tidak percaya bahwa dunia bulat.

Maka pada hakikatnya dapat dimengerti bahwa kemudian masyarakat sains melecehkan agama sebagai balas dendam atas perlakuan tidak adil terhadap sains.

Namun selama tidak melanggar hak asasi manusia sebenarnya tidak masalah apabila ada yang percaya bahwa dunia adalah pusat semesta dan Tuhan menciptakan Adam dari tanah serta Hawa dari tulang rusuk Adam.

Tidak masalah jika ada yang percaya matahari diputari planet bumi dan kebenaran teori evolusi berdasar seleksi alam versi Darwin.

Sinergi

Sama halnya mazhab kerukunan umat beragama berdasar agamamu agamamu, agamaku agamaku maka juga absahlah mazhab kerukunan antara umat agama dengan umat sains berdasar keyakinmu keyakinanmu, keyakinanku keyakinanku tanpa saling melecehkan.

Meski beda keyakinan namun umat agama dan masyarakat Iptek pada hakikatnya mampu kalau mau saling menghargai dan saling melengkapi.

Agama dan Iptek sama-sama potensial menjadi sinergi batin luar biasa dahsyat sakti mandraguna untuk mendukung perkembangan peradaban umat manusia menuju masa depan yang lebih baik ketimbang masa kini apalagi masa lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com