KOMPAS.com - Ramai warganet membicarakan tentang gangguan psikologis panic attack atau serangan panik di media sosial Twitter.
Perbincangan tentang panic attack tersebut dapat ditemukan pada kolom komentar unggahan dari akun Twitter ini, Senin (22/11/2021).
Akun itu mengunggah tangkapan layar kolom komentar sebuah video di platform TikTok, yang menuliskan komentar mereka ingin merasakan terkena panic attack.
"Gimana si caranya kena panic attack," tulis salah seorang warganet.
"Pengen punya panic attack," tulis seorang warganet lainnya.
Sontak, komentar-komentar itu mendapat banyak tanggapan dari warganet lain.
Hingga Selasa (23/11/2021) malam, unggahan tersebut mendapatkan lebih dari 15 ribu likes, dan lebih dari 5 ribu retweet, dan hampir 3 ribu komentar.
Lantas, apa itu panic attack? Berikut penjelasannya dari psikolog.
Baca juga: Pencegahan dan Penanganan Serangan Panik di Masa Pandemi
Psikolog Klinis dari Ohana Space, Kantiana Taslim, menjelaskan bahwa panic attack atau serangan panik adalah suatu situasi panik yang datang secara tiba-tiba.
"Biasanya yang dirasakan itu, secara tiba-tiba ada rasa takut, rasa cemas. Ada juga simptom-simptom yang dirasakan secara fisik maupun psikologis," kata Nana, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/11/2021).
Menurut Nana, rasa cemas atau takut yang hadir saat panic attack terjadi biasanya diikuti juga dengan gejala fisik seperti napas menjadi lebih cepat, jantung berdebar-debar, napas menjadi terengah-engah, badan gemetar, kesemutan, dan pusing.
"Makanya panic attack itu sangat enggak enak. Apalagi ditambah dengan simptom-simptom fisik, itu bisa menimbulkan perasaan cemas yang lain, yang bisa berujung pada rasa takut mati, rasa takut kenapa-kenapa," ujar Nana.
Nana mengatakan, durasi panic attack yang dirasakan setiap orang bervariasi. Situasi tersebut dapat berlangsung beberapa menit. Bisa juga hilang atau kemudian terpicu lagi.
"Ada yang sebulan tidak mengalami kemudian tiba-tiba mengalami. Ada yang seminggu bisa beberapa kali mengalami, dan itu enggak tentu," imbuh dia.
Baca juga: 3 Cara Mengendalikan Serangan Panik
Nana mengatakan, faktor pemicu atau penyebab panic attack pada setiap orang berbeda-beda.
Serangan panik dapat dipicu oleh situasi-situasi yang untuk individu tertentu membawa ketakutan tersendiri bagi individu tersebut.
Selain itu, bisa juga situasi tersebut mengingatkan seseorang pada suatu kejadian yang menimbulkan trauma atau pengalaman buruk yang pernah ia alami.
"Atau bisa juga perasaan secara fisik maupun psikologis yang dirasakan pada saat itu sama atau diasosiasikan dengan perasaan pada kejadian buruk yang dia takutkan itu menimpa," kata Nana.
Menurut Nana, faktor lain yang dapat memicu terjadinya panic attack adalah stres.
"Lagi stres, banyak kerjaan yang numpuk, deadline yang tiba-tiba atau udah deket. Itu jadi panik dan kemudian menjadi panic attack karena stres. Itu juga bisa," ujar dia.
Nana mengatakan, panic attack dapat menimpa siapa saja. Bahkan bagi mereka yang tidak pernah mengalami pengalaman traumatis sebelumnya.
Baca juga: Untuk Penderita Anxiety, Ini Cara Meredakan Kecemasan di Tengah Kabar Duka
Nana mengatakan, karena penyebabnya yang bervariasi, seseorang yang ingin mengatasi panic attack perlu mengenali faktor pemicu yang membuat mereka mengalami hal tersebut.
"Dan kalau si panic attack itu udah sering muncul, kayak ada atau enggak ada situasinya muncul, berarti harus dicari (penyebabnya). Apalagi kalau sampai mengganggu banget, itu harus dikonsultasikan ke psikolog atau psikiater," kata Nana.
Menurut Nana, apabila panic attack yang berulangkali terjadi dibiarkan begitu saja, maka hal tersebut dapat merembet ke hal-hal lain.
"Bisa jadi gangguan cemas yang berkepanjangan. Lama-lama dia merasa 'Kok gue gini terus ya', jadi merasa enggak mampu, jadi depresi. Makanya harus segera diatasi," ungkap Nana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.